Lihat ke Halaman Asli

Epetebang

untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

Gawai Dayak: Mesti Ada, Jangan Mengada-ada

Diperbarui: 1 Juli 2015   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bulan April sampai Juni setiap tahun adalah masa yang sangat menyenangkan bagi sebagiain besar masyarakat Dayak di Kalimantan, terutama di Kalimantan Barat yang saya ketahui dan alami di berbagai komunitas Dayak. Masa-masa indah ini adalah masa be gawai, pesta gawai. Gawai tambah meriah karena biasanya bersamaan dengan masa gawai, orang mengadakan pesta yang lain, umumna pesta pernikaha adat. Seperti yang saya saksikan dua tahun gawai di kampung Empaong dan Nanga Dayak (2013 dan 2015), pas hari gawai ada pernikahan adat di sana.

Bulan April biasanya masyarakat Dayak Kanayatn yang gawai Naik Dango namanya. Bulan Juni umumnya masyarakat Dayak di Kabupaten Sanggau dan Sekadau yang mengadakan gawai.Agar gawai meriah di setiap kampung, sejak belasan tahun terakhir gawai ditetapkan tanggalnya untuk tiap kampung. Tujuannya agar warga Dayak bisa saling berkunjung ke sanak famili di kampung lainnya.

Bagi saya, momen yang paling menyenangkan justru sehari sebelum hari gawai. Yakni sore hingga malam gawai. Menyenangkan karena sore hingga malam warga mempersiapkan gawai dengan memasak lemang, kue ketan, memeras tuak, memotong babi, ayam, ukui. Uih nikmatnya makan lemang panas dengan daging babi bakar; diperlanca lagi dengan tuak yang enak....

Pada hari gawai warga saling berkunjung ke rumah satu dengan lainnya. Acara di setiap rumah sama: disediakan makanan, minuman, minum tuak, lemang, kue, dll. Pokoknya kalau mau "makan kenyang minum mabok", datanglah ke gawai...

Mesti ada, jangan mengada-ada...

Tentu saja sebagai ungkapan syukur kepada Duwata, Jubata, Nek Duwata, gawai mestilah dilaksanakan oleh masyarakat Dayak. Gawai sejatinya adalah pesta sebagai ucapan syukur atas hasil panen padi. Ironisnya, dengan hebatnya dampak industri pertanian, terutama kelapa sawit, banyak orang Dayak yang tidak berladang atau bersawah tetapi juga melaksanakan gawai padi. Mungkin untuk solider atau ya karena terpaksa. Mestinya kalau memang tidak bersawah atau berladang, tidak be gawai pun ndak apa; jangan mengada-ada...

Tidak dipungkiri di beberapa daerah, ketika gawai ada oknum2 yang memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan perbuatan yang tidak benar, seperti menjadi bandar judi (kolok-kolok), "karaoke tempel".

Selamat pesta gawai bagi semua masyarakat Dayak yang merayakannya. Terima kasih kepada keluarga, sanak famili dan warga Dayak Ketungau Sesaek di kampung Empaong dan Nanga Dayak, Kabupaten Sekadau (Kalbar) dimana kami sekeluarga bisa merasakan gawai yang ramah, menggembirakan. Bahkan dalam rangka gawai ini kami bisa menikmati mandi di sungai sekadau, bisa bermalam di rumah keluarga Bino; bisa merasakan ibadat sabda dengan ujat di kampung Empaong, kampung isteri saya lahir dan dibesarkan. Semoga tahun depan kami bisa be gawai lagi...***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline