Tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal 30 April, ada yang berbeda di keluarga kami. Hari ini ada seuntai kisah indah yang kami rangkai bersama. Biasanya ada tiup lilin, potong kue dan makan bersama sekeluarga, ponakan; bahkan beberapa kali ada misa bersama tetangga dan kerabat. Tapi hari ini, Kamis 30 April 2015, berbeda. Hari ini, untuk pertama kalinya sejak 30 April 1999 (16 tahun silam), kami sekeluarga tidak bisa merayakan hari ulang tahun anak kami yang pertama, Paulus Raja Nanga Petebang. Tentu papa, mama dan adik malam ini berdoa bersama secara khusus untukmu. Mulai tahun 2015 ini, kali pertamanya kami berpisah dengan Raja. Raja sejak Juli 2014 silam menuntut ilmu di SMA Sedes, Bedono, Semarang (Jawa Tengah).
[caption id="attachment_414098" align="aligncenter" width="300" caption="Raja tahun 2000 (kiri) dan 2015"][/caption]
Mungkin ini kali pertama dan seterusnya, setidaknya selama tiga tahun Raja di SMA, kami tidak bisa mensyukuri kasih Tuhan yang paling indah dalam keluarga kami ini secara bersama-sama. Tapi apa mau dikata, inilah jalan hidup yang kami pilih dan atas kemauan bebas Raja juga, dia mau, sejak SMA berpisah dengan kami. Unik juga, setiap kali kawan-kawan bertanya, "Raja di mana", kami selalu jawab, "di Jawa". Dan selalu ditimpali, o..ndak terasa ya, Raja udah kuliah". Dalam persepsi kebanyakan keluarga, kerabat, teman, kalau ke Jawa, pastilah kuliah.
Kami, saya dan isteri, sengaja "mengirim"nya ke SMA Sedes nun jauh di pulau Jawa. Bukan karena di Pontianak tidak ada sekolah "bagus", tapi kami sungguh mengharapkan Raja tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin (intelektual dan emosionalnya), tidak terpengaruh oleh banyaknya sumber penghancur generasi muda di masyarakat, seperti Narkoba, alkohol, rokok, pergaulan bebas, dan sebagainya.
Di asrama SMA Sedes yang dikelola suster Marsudirini itu kami sangat berharap Raja kelak menjadi "raja" untuk dirinya sendiri, untuk keluarga dan untuk bangsa-negara.
Terlepas dari alasan rasional itu, bagaimana pun apa yang dialami orang tuanya ketika sekolah akan menjadi preferensi bagi anak-anaknya. Saya sejak SMP memang sudah berpisah dari orang tua, tinggal di asrama, karena sekolah SMP hanya ada di kota kecamatan yang jaraknya 20 kilometer. SMA sampai kuliah pun saya di asrama. Saya merasakan banyak manfaat positif tinggal di asrama.
Selamat ulang tahun Nak. Dukungan dan doa tanpa henti dari kami orang tua dan kedua adikmu semoga membuat kamu semakin dewasa, cerdas, dan mandiri. Be yourself, made us proud of you..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H