Lihat ke Halaman Asli

Susahnya Orang yang Tidak Beriman

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14067377751161464298

Ini adalah sebagian dari mitos yang menjadi keyakinan kemudian dipratekkan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita jumpai. Di antaranya, kepercayaan kepada sesuatu yang mendatangkan kesialan atau bencana karena hari tertentu, bulan tertentu (seperti bulan suro), angka tertentu (angka 4, 13 atau 9) atau peristiwa tertentu (semisal kejatuhan cecak sebelum pergi). Bagi sebagian orang, karena keyakinan tesebut, menjadi merepotkan. Sementara orang yang beriman (mukminin), hidupnya tiada beban tanpa harus tergantung dengan hal seperti itu. Karena, dalam Islam, menegaskan bahwa bahaya dan manfaat hanya ada di tangan Allah Ta'ala.


Keyakinan di atas, dikenal dalam Islam sebagai tathayyur. Istilah ini diambil dari kata thairun yang artinya burung. Hal ini karena pada mulanya orang Arab punya anggapan sial dengan sebab burung. Gerak tertentu yang dilakukan oleh seekor butung bisa menyebabkan mereka mengurungkan diri untuk melakukan suatu hal. Islam datang untuk menghapus keyakinan semisal ini.

Thiyarah itu bertentangan dengan tauhid karena perbuatan Allah dinisbatkan kepada makhluk. Juga dikarenakan thiyarah itu akan menjadi sebab adanya keyakinan bahwa makhluk yang lemah itu punya pengaruh dalam takdir yang telah Allah tentukan. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkannya sebagai kesyirikan.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الطِّيَرَةُ مِنَ الشِّرْكِ ». وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.

Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Thiyarah itu syirik. Semua kita pasti pernah terbesit di dalam hatinya anggapan sial karena hal-hal tertentu namun Alloh menghilangkannya dengan tawakal” (HR Tirmidzi no 1614, dinilai shahih oleh al Albani).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ قَالَ « أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ».

Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah maka dia telah melakukan kesyirikan”. Para shahabat bertanya, “Wahai rasulullah, apa penebus untuk dosa tersebut?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapan ‘allahumma la khaira illa khairuka, wa la thaira illa thairuka wa la ilaha ghairuka’, Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikanMu. Tidak ada kesialan kecuali kesialan yang Kau tetapkan. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau” (HR Ahmad no 7045, dinilai hasan oleh Syeikh Syuaib al Arnauth).[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline