Lihat ke Halaman Asli

Banyak Orang Lupa Etika Berkendara

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kendaraan di kota-kota besar bak cendawan di musim hujan, semakin menjamur dan terus bertambah jumlahnya. Kemacetan di setiap ruas jalan, tak dapat terhindarkan, karena perbandingan ruas jalan dengan jumlah kendaraan yang melintas sudah tak sepadan. Keadaan seperti ini menjadi semakin rumit, ketika infrastruktur jalan tak semulus pajak kendaraan yang harus dibayar tepat waktu setiap tahunnya. Ditambah lagi beralih fungsinya bahu jalan menjadi tempat berdagang, sehinggan sempurnalah penderitaan pengguna jalan yang terjebak dalam rutinitas yang dinamakan macet.

Keruwetan semacam ini (baca. macet) tak urung membuat psikologis pengendara menjadi tidak stabil. Dalam keadaan  lelah sepulang kerja, atau dalam keadaan memburu waktu, maka tak jarang pengguna kendaraan sering melanggar peraturan yang ada. Sehingga etika berkendara yang aman dan santun sudah tak dihiraukan lagi.

Miris memang kalau kita cermati kondisi seperti ini. ketika berjalan di pedestrian sudah lagi tak nyaman karena banyak kendaraan roda dua yang nekat membelah kemacetan dengan melintasi trotoar, hanya karena ingin segera sampai ke antrean paling depan. Atau banyak pengendara yang masih berponsel ria saat sedang berkendara, sehingga tak jarang mengganggu kendaraan di belakangnya. Atau banyak pengemudi roda dua yang menjadi pembalap dadakan di jalanan umum, tanpa menghiraukan pengendara lain.

Sungguh sebuah pemandangan lalu lintas yang tak berbudaya, jauh dari kesan santun dan beretika. Banyak orang yang lupa, bahwa berkendara bukan hanya sekadar sampai di tujuan dengan selamat saja, tetapi harus juga mematuhi peraturan dan etika yang ada. Indah rasanya ketika berkendara dengan tertib, kendaraan besar menghormati kendaraan yang lebih kecil, kendaraan kecil menghormati orang yang berjalan, dan orang yang berjalan menghormati orang yang sedang duduk. Tak ada kendaraan yang melenceng dari jalur semestinya, tak ada kendaraan yang meraung-raung memekakan telinga dan tak ada saling salip ingin paling dulu sehingga keamanan dan  kenyamanan berkendara tercipta.

Mari kita reorientasi kembali pemahaman berkendara kita, sejauh mana kita faham dengan peraturan lalu lintas, sebesar apa kepedulian kita terhadap pengguna jalan yang lain, dan sudahkah kita tahu etika berkendara?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline