Lihat ke Halaman Asli

Asep Jalal

Front liner disalah satu perusahaan asuransi dan Mahasiswa di Universitas Pamulang

Pengaruh Penduduk Buta Huruf terhadap Kualitas SDM

Diperbarui: 9 Desember 2022   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengaruh Penduduk Buta Huruf Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia

Pendidikan adalah hal yang utama dalam kehidupan di era sekarang. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur Pendidikan formal dan Pendidikan non formal. Terutama pelajaran cara membaca, orang yang tidak dapat membaca atau tulis disebut sebagai 'Buta huruf' atau 'Buta aksara'. Akan tetapi ada dimana orang-orang yang belum bisa menulis apalagi membaca. Berbagai penyebab bisa menjadi faktor terjadinya ketertinggalan ini misalnya penduduk yang tinggal di pedalaman pedesaan yang terisolir. Dengan adanya tingkat buta huruf yang tinggi maka berdampak kepada mutu dan kemampuan tenaga kerja Indonesia relatif rendah.
Buta huruf dalam arti buta bahasa Indonesia, buta pengetahuan dasar yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari, buta aksara dan angka, buta akan informasi kemajuan teknologi, merupakan beban berat untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti mampu menggali dan memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, persentase dan jumlah penduduk buta aksara di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 1,71 persen atau 2.961.060 orang dari total jumlah penduduk.Jumlah ini mengalami sedikit penurunan ketimbang tahun 2019, yakni sebanyak 1,78 persen atau 3.081.136 orang. Menurut data BPS Tahun 2021 daerah presentase buta huruf tertinggi terdapat di daerah Papua dengan 22%, NTB dengan 12,61%, dan Sulawesi selatan 7,51%.

Penyebab Buta Huruf

  • Kondisi geografis

Keadaan pulau-pulau yang tersebar di indonesia menjadikan beberapa diantaranya sulit dijangkau bahkan beberapa pulau ada yang belum terjamah oleh manusia. Hal ini menjadikan orang di daerah tersebut sulit mengemban pendidikan yang memadai dari tenaga pendidik yang seadanya, sarana dan prasarana yang belum layak.

  • Masalah ekonomi

Sekolah adalah tempat terbaik untuk mengajarkan akan tetapi tidak semua orang dapat merasakan pendidikan formal di sekolah. Itu dikarenakan oleh keadaan ekonomi keluarga mereka sendiri yang kurang mampu membiayai pendidikan.

  • Tingginya angka putus sekolah

Tahun 2014 sebanyak 449.665 anak, tahun 2015 sebanyak 269.320 anak, dan tahun 2016 sebanyak 217.305 anak. Sedangkan siswa yang tidak melanjutkan sekolah, tahun 2014 sebanyak 1.186.475 orang, tahun 2015 sebanyak 912.978 orang, dan tahun 2016 sebanyak 822.177 orang. Di Pulau Jawa, Jawa Barat tercatat sebagai provinsi yang kegagalan siswa tidak melanjutkan bangku sekolah jenjang SMK paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lain.

Sebagai upaya penuntasan buta aksara, Kemendikbud melakukan empat langkah, antara lain :

  • pemutakhiran data buta aksara
  • fokus ke daerah yang buta aksaranya tinggi
  • meningkatkan jaringan pemberantasan buta aksara
  • melakukan inovasi pada pendidikan untuk buta aksara

Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu mendorong percepatan penuntasan buta aksara di Indonesia dengan capaian angka melek aksara untuk usia 15-59 tahun di atas 98 persen.

Tingkat pendidikan merupakan unsur dasar dari pembangunan manusia yang digunakan untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk. Indikator yang digunakan adalah persentase penduduk buta huruf. Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat di suatu daerah akan meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Mutu dan kemampuan tenaga kerja Indonesia relatif rendah,
untuk meningkatkannya telah dilakukan berbagai program dan pelatihan yang selaras dengan tuntutan perkembangan pembangunan dan teknologi agar dapat didayagunakan seefektif dan semaksimal mungkin (Manulang, 1995:27). Semakin tinggi presentase buta huruf di suatu daerah maka akan semakin rendah pula tingkat produktivitas seseorang dalam bekerja, dan tidak mampu bersaing dalam dunia kerja. Ketertinggalan ini yakni tingkat buta huruf dapat membuktikan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia belum merata serta distribusi tenaga pendidik yang kurang merata pada daerah pelosok negeri. Semakin tertinggalnya suatu daerah maka kualitas yang dimiliki Sumber Daya Manusianya akan semakin rendah.

Penulis

Asep Jalal (Mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Pamulang)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline