Lihat ke Halaman Asli

Jainal Abidin

jay9pu@yahoo.com

Beda Pilihan, NKRI Harga Mati

Diperbarui: 5 November 2023   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NKRI Harga Mati. Sumber gambar: mudanews.com

Pesta demokrasi harus dirayakan dengan meriah. Para kontestanpun mulai berpenampilan semegah dan semeriah mungkin agar dipilih. Sehingga para pemilih juga terperangah atas penampilan yang telah dibuat oleh mereka.

Perlu kita ingat dan dicatat dengan tinta tebal bahwa para kontestan pemilu 2019 setelah pemilu selesai keduanya bahu membahu membangun untuk Indonesia. Sebuah contoh sejati tentang sebuah nilai NKRI harga mati. Berbeda tapi satu tujuan.  

Sudah ada 3 kontestan yang akan bersiap untuk berlaga. Semua rekam jejak sudah ada di dunia digital. Digital yang kaya akan nama, siapa, dari mana, dengan cara apa mereka maju berlaga.

Semua akan tercatat otomatis oleh media digital. Semua juga akan menjadi sejarah yang bakal dikenang. Sebagai rakyat jelata, mari membuat kenangan manis agar esok dikenang secara laris dan penuh hormat.

Kita tahu pasangan pertama yang mendeklarasikan. Bagaimana partai besutan Bapak Surya Paloh sudah sejak awal menggadang seorang Anis Baswedan menjadi Capres partainya. Publik tidak tahu pasti pertimbangan selain namanya yang selalu mencul di setiap survey.

Entah apa yang pasti berlaku di dunia politik sehingga tidak ada koalisi pasti. Partai yang awalnya tidak berkoalisi, bisa mengejutkan publik menjadi pasangan Anis Baswedan. Memang Partai Nasdem dan PKB batas ambang batas pencalonan mereka sudah cukup, sehingga teman lama merasa ditinggalkan.

Pada akhirnya Partai besutan Bapak SBY yang pernah berkuasa 2 periode pemerintahan itupun pergi meninggalkan Partai Nasdem. Sehingga terbentuk koalisi baru oleh 3 partai yakni Nasdem, PKS dan PKB. Padahal dalam sejarah kepartaian, PKS dan PKB hampir dipastikan minim untuk berkoalisi.

Pasangan kedua di deklarasikan setelah MK memutuskan batas usia di bawah 40 bisa menjadi Cawapres asal pernah mempunyai pengalaman menjadi kepala daerah. Sebuah keputusan MK yang membuat publik harus menguji batas kepercayaan terhadap para hakim MK sendiri. Sebuah keputusan yang sudah bisa dipersepsikan publik memuluskan seseorang yang memang sudah santer terdengar akan maju Cawapres.

Pasangan kedua adalah pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Pasangan ini diusung oleh 4 partai, PDI Perjuangan, PPP, Hanura dan Perindo. Pasangan ini cenderung lebih labil dibanding pasangan pertama. Meski tidak terlepas dari permasalahan internal beberapa kadernya ada yang menyimpang dukungan.

Setelah isu Ganjar tidak akan dicalonkan presiden kemudian merenggangnya hubungan baik antara Bu Mega dengan kader terbaik Partai tersebut. Masih berlanjut, penunjukan Ganjar sebagai Capres yang mengundang kader terbaik secara mendesak. Itupun, deklarasi pasangan Ganjar-Mahfud terkesan tidak melibatkan dari keluarga kader terbaiknya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline