Lihat ke Halaman Asli

Jainal Abidin

jay9pu@yahoo.com

Cahaya Layar Tancap Mengeja Patah Merangkai Hati

Diperbarui: 18 Juli 2023   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi nonton layar tancap di lapangan desa dari suara.com

Katanya malam minggu malam yang panjang. Sebagai anak usia SD sepertinya aku tidak mengenal istilah itu meski malam ini malam minggu.

Malam minggu ini mungkin akan menjadi malam panjang karena ada tontonan layar tancap di lapangan desa. aku bersama teman genkku bersiap untuk berangkat menonton bersama. Kami berangkat setelah isya.

Tiba di lapangan ternyata suasananya sudah sangat ramai sekali. Di sepanjang kanan dan kiri jalan yang kami lalui menuju lapangan sudah penuh sesak dengan orang ngelapak dagangan. Mulai dari jualan es, wedang, gorengan sampai dengan permainan.

Permainan yang selalu membuatku lama untuk memperhatikan adalah pertandingan catur tiga langkah mati. Ada papan catur yang sudah siap dengan posisinya masing-masing untuk dimainkan.

Para penantang jika bisa mengalahkan pemilik catur akan mendapatkan hadiah lumayan besar. Syarat untuk bisa ikut permainan adalah harus membayar biaya permainan. Aku selalu tidak berani ikut, karena biaya permainannya selalu lebih dari uang sakuku.

Sudah lama aku perhatikan pertandingan itu sampai tidak ada yang ikut pertandingan lagi. Tidak ada satupun penantang yang berhasil menang dalam tiga langkah. Mungkin kalau boleh lebih dari tiga langkah sudah banyak yang memenangkan permainan.

Aku berlalu untuk mencari tempat yang nyaman buat menonton. Tanpa sengaja aku melihat dia.

Dia juga menonton. Dia yang biasanya tidak suka kebisingan. Dia yang biasanya sukanya kutu buku. Dia yang biasanya selalu rangking satu di kelasku.

Dia yang biasanya absen dengan keramaian. Dia yang juara kelas. Dia yang terkenal dengan bintang kelas. Dia juga bintang kecantikan di kelas.

Aku terasa seperti bermimpi. Aku cubit pipiku sendiri ternyata sakit. Aku sadar, aku tidak sedang bermimpi. Aku putuskan aku tidak beringsut sedikitpun dari tempatku sekarang.

Aku lepas saat teman genkku menarik tanganku. Aku terpana melihat cahaya yang jauh lebih terang dari layar tancap. Aku tidak berpaling dari cahaya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline