Lihat ke Halaman Asli

Jainal Abidin

jay9pu@yahoo.com

Memburu Garis Dua

Diperbarui: 1 Februari 2023   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri:)

Sudah masuk tahun ke-8 pernikahan, kami belum juga diberikan momongan. Waktu yang tidak sebentar untuk sebuah penantian. Jangan tanyakan usaha yang telah kami lakukan. Semua saran, masukan bahkan gunjinganpun sudah kami tunaikan. Lunas.

Tapi ternyata usaha belum bisa dikatakan tidak mengkhianati hasil. Saat itulah ujian terberat kami sebagai pasangan hidup. Jika sudah demikian, sebagai makhluk yang mempunyai Tuhan, hanya bisa pasrah.

Sesunggguhnya, pada usia ke-6 pernikahan usaha kami untuk memiliki anak hampir berhasil. Tapi garis nasib berkata lain, anak itu masih belum berkenan hadir diantara kami sebagai calon orangtuanya.

Saat itulah titik nadir dari kepercayaan dari sebuah pernikahan kami saling diuji. Apakah kami mampu untuk saling menguatkan satu sama lain. Banyak pasangan yang jatuh ketika berada di titik ini. Kami bersyukur karena mampu melewatinya bersama-sama.

Setelah kegagalan itu, kamipun mengambil jeda. Bukan hendak melarikan diri dari kenyataan. Tapi hanya sebuah intropeksi diri atas keinginan kami. Juga sebuah healing keinginan, masih banyak keinginan-keinginan lain kami yang telah dikabulkan.

Setelah kurang lebih 2 tahun, waktu yang kami butuhkan untuk mengubur kenangan kelam tersebut. Kami memutuskan beriktiar promil menggunakan jasa dokter dari luar kota. Di kota ini, kami takut kenangan-kenangan itu akan terus memburu kami.

Pengalaman yang kedua tidak otomatis mudah. Bahkan lebih susah dan berat. Bukan dari kami tapi dari orang diluar yang sudah berharap lebih untuk kami segera memiliki momongan. Semua itu telah melahirkan omongan bahkan cara yang semakin menestapakan hati kami.

Proses promil kamipun juga seperti mencobai kami, mencabik-cabik perasaan yang sebelumnya yang sempat koyak. Promil yang sampai proses inseminasi belum juga menampakkan hasil. Sebenarnya kami selalu berusaha optimis, tetapi apa mau dikata jika kenyataan yang ada demikian.

Kami sempat membuat keputusan jika akhir promil ini belum berhasil, akan evaluasi bersama. Ada beberapa langkah pilihan yang akan segera kami ambil. Sehingga kami bisa menjaga batas kewarasan optimis kami.

Pada masa akhir-akhir batas antara optimis dan pasrah mulai mendekati titik simbol "E" (baca:kosong). Sebuah mukjizat nyata hadir. Suatu usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Garis dua muncul di testpack kami. Saat itulah kegembiraan luar biasa menyelimuti kami berdua. Sungguh, tidak dapat digambarkan oleh kata-kata mana saja kegembiraan itu.

Untuk para pasangan di luar sana yang masih meperjuangkan garis merah, jangan menyerah! Percayalah, anugerahNya akan segera menghampirimu. Iya kamu, yang pantang menyerah untuk terus berjuang. Salam perjuangan!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline