Lihat ke Halaman Asli

Kampanye Kurang Mendidik

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14044398951548395256

[caption id="attachment_313989" align="aligncenter" width="420" caption="Sumber gambar: Doc. Pribadi"][/caption]

Sebenarnya saya tidak terlalu terkejut dengan spanduk diatas karena memang pernyataan tersebut sudah dikeluarkan oleh timses Jokowi-JK.

http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/07/02/seknas-hanya-kecurangan-yang-mengalahkan-jokowi-jk

Namun sangat disayangkan pernyataan tersebut harus keluar di alam demokrasi seperti sekarang ini. Kata-kata tersebut akan menjadi pembelajaran yang buruk bagi demokrasi dan terutama contoh tidak baik bagi generasi muda kita dalam hal bagaimana menyikapi persaingan dan kompetisi.

Bangsa Indonesia telah memilih demokrasi pemilihan langsung yang liberal daripada demokrasi musyawarah mufakat. Konsekuensinya adalah bahwa dalam sistem pemilihan langsung yang dikedepankan adalah budaya kompetisi murni. Artinya masing-masing pihak akan bertarung untuk menjadi pemenang. Yang kalah akan tersingkir menjadi oposisi.

Untuk itu, dalam setiap kompetisi, setiap peserta haruslah dibekali dengan mental bertanding yang kuat. Setiap peserta yang siap maju dalam kompetisi harus siap menerima kekalahan dan juga harus siap untuk menerima kemenangan. Siap kalah dalam arti menerima kekalahannya secara positif dengan tidak menyalahkan siapapun kecuali instropeksi kedalam diri. Siap menang dalam arti secara positif tetap merangkul pihak yang kalah untuk secara bersama-sama berbuat hal-hal yang positif di masa depan. Karena biar bagaimanapun setiap peserta memiliki tujuan dan niat yang sama dalam pertarungan demokrasi ini yaitu sama-sama ingin memajukan bangsanya walaupun dengan cara yang berbeda.

Alangkah sayangnya jika nilai-nilai kompetisi tersebut harus dinodai dengan pernyataan semacam itu. Pernyataan yang cenderung menyalahkan dan mencari kambing hitam menunjukkan bahwa peserta tersebut belum siap berkompetisi dan belum memiliki mental bertanding. Jiwa besar dan kedewasaan berfikir sangat diperlukan bagi pihak-pihak yang bertanding agar semangat berkompetisi di era demokrasi ini dapat berjalan dengan baik. Itu sekaligus sebagai pembelajaran dan tauladan yang baik bagi generasi penerus bangsa ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline