Ketika kepada seorang Kristen dimintakan untuk mendeskripsikan Yesus Kristus, maka segera segala sesuatu yang disampaikan akan cukup mengagungkanNya; Yesus adalah Gembala yang baik (Yoh. 10), Yesus adalah penyataan kasih Allah bagi dunia (bnd. Yoh. 3:16), dan lain sebagainya. Memang sesungguhlah demikian adanya.
Namun, apa yang terlintas dalam pikiran para orang Kristen ketika membaca perkataan yang diucapkan Yesus sendiri: "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku (Yesus) datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang."
Bagi sebagian orang Kristen bukan tidak mungkin pernyataan Yesus ini cukup meresahkan dan menjadi kabar buruk. Ungkapan ini segera membuat sebagian orang Kristen merasa telah salah membaca Alkitab atau telah membaca Alkitab yang salah. Di sisi lain, mungkin ada juga pihak yang mengira bahwa ini kabar baik untuk mencari kelemahan iman Kristen. Oleh karena itu, paparan ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian bagi orang Kristen yang masih mencari jawaban atau belum mengetahui maksud pernyataan Yesus ini dan mencegah munculnya kesalahpahaman.
Catatan pendahuluan yang penting untuk diingat dalam memahami pernyataan Yesus ini bahwa konteks Matius 10 ialah pemanggilan dan pengutusan keduabelas rasul. Dalam konteks tersebut Yesus juga tidak lupa memberikan pesan kepada keduabelas rasul tersebut (Mat. 10:5; 11:1). Dengan memahami konteks ini, dapat diperoleh pemahaman bahwa pesan yang diberikan oleh Yesus kepada keduabelas rasul tersebut ialah berkaitan dengan apa dan bagaimana yang harus mereka lakukan dan juga apa yang akan mereka alami.
Secara garis besar, pesan yang disampaikan oleh Yesus, secara khusus berkaitan dengan apa yang akan dialami oleh keduabelas rasul sebagai konsekuensi dari pengutusan Yesus keterpisahan mereka dari orang-orang yang ada di sekitar mereka. Yesus berkata: "...kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku..." Kalimat ini jelas menggambarkan keterpisahan yang akan dialami oleh keduabelas rasul tersebut.
Pernyataan yang sama juga dapat terlihat melalui pernyataan Yesus: "...Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala..." Keterpisahan yang dialami para murid sebagai konsekuensi pengutusan Yesus terhadap mereka semakin masuk akal dengan mempertimbangkan pernyataan Yesus lainnya bahwa akan ada yang akan menyerahkan para rasul itu dan menyesah mereka.
Dalam Yesaya 9, yang dalam pembacaan Kristen dipahami sebagai nubuatan tentang Kristus, dijelaskan bahwa pribadi Kristus itu ialah Raja Damai, di samping nama lainnya sebagai Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal (Yes. 9:5). Sungguhlah benar bahwa Yesus adalah Raja Damai, namun pemberitaan tentang Kristus, yang adalah "Jalan, Kebenaran, dan Hidup", tidak serta merta dapat diterima oleh setiap orang.
Ketidakmenerimaan akan pemberitaan tentang Yesus Kristus inilah yang kemudian boleh menimbulkan pemisahan antara para rasul dan orang-orang yang baginya pemberitaan itu disampaikan. Oleh karena itu, Yesus Kristus, yang tentang-Nya-lah pemberitaan yang disampaikan oleh para rasul, inilah yang dimaksudkan sebagai pedang. 'Pedang' ini akan menjadi pemisah antara kebenaran dan ketidakbenaran.
Penjelasan di atas kiranya cukup untuk memberikan titik terang tentang maksud dari pernyataan Yesus dalam Matius 10:34. Jelas Yesus tidak memaksudkan bahwa diri-Nya membawa pedang sebagai bentuk dari legitimasi tindakan kekerasan dan oleh karenanya setiap orang Kristen harus mengangkat pedang dalam artian 'dipersilahkan membunuh' setiap orang yang tidak sepaham dengan mereka.
Point yang justru menjadi pengajaran melalui teks ini ialah:
- Kehadiran Kristus ke dunia telah menyatakan kepada orang Kristen tentang iman yang benar. Iman kepada Kristus, sebagai iman yang benar, itulah yang kemudian memisahkan orang Kristen dari 'dunia' ini.
- Pemberitaan tentang Kristus dan seluruh pengajaran-Nya berpeluang mendatangkan perlawanan, perpecahan, dan penganiayaan (Mat. 10:22).
- Kehidupan yang dijalani sesuai dengan standar kebenaran yang ditetapkan Kristus, mempertahankan kebenaran iman dalam Kristus terhadap ajaran sesat, juga berpeluang mendatangkan ejekan bagi orang percaya. Hal ini terjadi sebab sesungguhnya ajaran yang benar tidak akan pernah 'berdamai' dengan ajaran sesat. Kebenaran akan terpisah dari ketidakbenaran. Terang tidak akan menyatu dengan gelap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H