Hari ini, 17 Agustus 2014, dirgahayu ke-69 Republik Indonesia. Rangkaian peringatan proklamasi berlangsung di seluruh Tanah Air. Mulai dari depan Istana Negara hingga ke pelosok daerah bahkan di tempat unik seperti puncak gunung dan bawah laut. Semuanya bergairah mengibarkan Sang Merah Putih.
Selanjutnya mengisi peringatan kemerdekaan, seluruh warga berpesta. Kegiatan bertajuk kemerdekaan akan mengisi detik demi detik sepanjang hari ini. Berbagai even dilaksanakan dengan kreatifitas masing-masing daerah/kelompok. Perlombaan panjat pinang misalnya kerap menjadi acara yang dipertontonkan dan dinantikan warga. Semuanya dalam rangka peringatan HUT kemerdekaan RI.
Mengisi kemerdekaan
Seluruh rangkaian kegiatan sepanjang hari diperbuat untuk mengisi peringatan kemerdekaan. Kegiatan ini dilakukan dengan antusias oleh rakyat Indonesia di mana pun berada. Keceriaan mewarnai hari spesial kali ini. Setelah pesta demokrasi April dan Juli lalu usai, kini peringatan kemerdekaan merekatkan kembali jiwa-jiwa politik yang berseteru.
Namun mengisi kemerdekaan bukanlah sekadar memenuhi daftar acara seremoni. Lebih urgen lagi untuk dilakukan adalah dengan bangga mengawal Indonesia yang tengah diporak-porandakan kemunafikan, kerakusan, kekejian, dan penindasan. Jadi bukan hanya mengisi (peringatan) kemerdekaan, tapi mengisi (arti) kemerdekaan.
Apa yang sudah kita lakukan sepanjang menjadi warga NKRI? Pertama adalah menyadari bahwa saya, anda atau kita adalah WNI. Tidak hanya sekadar bermerek WNI, lebih baik lagi adalah menjadi Indonesia. Aku adalah Indonesia. Jika Indonesia sakit, akulah yang menderita. Jika aku tidak mendapat keadilan, Indonesia juga yang mengerang.
Aku adalah Indonesia. Aku harus mengisi arti kemerdekaan dengan perjuangan tiada henti dan pengorbanan jiwa raga demi Merah Putih. Aku tidak mau memeras Indonesia; aku tidak ingin membiarkan rakyat berhadapan dengan senjata keangkuhan raja-raja kecil di daerah; aku tidak sudi melihat Indonesia mengimpor segala kebutuhan sehari-hariku.
Aku adalah Indonesia. Karena itu aku adalah bangsa merdeka, bukan hanya peringatan. Aku ada karena Indonesia dan Indonesia ada karena aku. Indonesia lemah, aku harus berjuang untuk menguatkannya. Aku tak mau mengorupsi diriku sendiri. Aku malu jika Indonesia didapuk sebagai bangsa besar, tapi hak-hak masyarakat adat, misalnya, dikebiri. Aku cinta Indonesia karena Indonesia adil untukku.
Aku adalah Indonesia. Aku ingin mengisi kemerdekaan dengan berdiri di depan penindasan dan melawannya. Aku memiliki caraku sendiri untuk melawan penindasan. Aku menulis. Aku harus tetap menulis melawan segala bentuk biang keladi destruktif bangsa. Aku hanya punya senjata—kalau boleh dikatakan begitu—menulis.
Bagiku mengisi kemerdekaan, memberikan tulisan. Baiklah kalian boleh memberikan apa saja. Tujuan kita tetap satu: mengisi kemerdekaan. Memajukan bangsa. Melawan kebijakan yang mengacuhkan kedaulatan rakyat. Aku adalah Indonesia. Segalanya kupertaruhkan pula untuk mengisi kemerdekaan. Bukan saja 17 Agustus, tapi setiap saat. 17 Agustus hanyalah hari evaluasi akan kegiatanku selama setahun mengisi kemerdekaan.
Momentum 17 Agustus memompa semangatku untuk terus berjuang. Perjuangan negeri ini memenuhi keadilan sosial belum berhenti. Petani tanahnya dirampas, buruh haknya direnggut, orang desa dibungkam aksesnya menghirup kemajuan, dan orang miskin dilarang mengakses pendidikan tinggi. Aku menulis untuk semua dalam mengisi kemerdekaan.
@Jakob Siringoringo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H