Lihat ke Halaman Asli

Anies vs Ahok: Klaim Kacau tentang Intoleransi dan Toleransi

Diperbarui: 6 Maret 2017   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://news.detik.com/infografis/d-3334554/

Akhir-akhir ini, dari saking sadisnya isu Pilkada DKI Jakarta, mulai terbentuk efek samping yang sebenarnya tidak terlalu penting, dan itu mengalahkan isu yang lebih urgen. Bahkan ada klaim-klaim tak mendasar, yang kemudian dihebohkan sedemikian rupa untuk diperbincangkan secara asyik-masyuk di dunia maya, meski di dunia realitas, warga Jakarta sudah menentukan pilihannya, bahkan tanpa heboh-hebohan nada nyinyir di dunia mayantara.

Apa salah satunya? Yaitu tentang toleransi dan anti-toleransi; bahwa yang mendukung Anies Baswedan itu adalah mereka yang intoleran, sementara mereka yang mendukung Ahok adalah mereka yang toleran. Agak aneh memang, tapi biarlah, “mereka” memang suka aneh ketika melemparkan isu.

Dari mana klaim itu didasarkan?

Soal intoleransi yang secara sadis dinegasikan terhadap Anies, bermula dari kunjungan Anies, beberapa waktu lalu, ke Markas Besar FPI di Petamburan. Sejak saat itu, Anies dianggap telah bersekongkol dengan kelompok yang intoleran dan suka kekerasan, hanya untuk kepentingan politisnya dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta. Anies Baswedan, secara membabi buta, kemudian diberitakan akan menjadikan Jakarta sebagai kota intoleran. Bahkan foto-foto Anies bersama Habib Rizieq menjadi viral, termasuk foto bersama dengan capture,Anies telah “berdamai” dengan kelompok-kelompok teroris karena ada Bachtiar Nasir dan mantan anggota Jamaah Islamiyah.

Maksudnya, betapa kasihannya orang-orang yang dituduh intoleran hanya karena mendukung Anies, padahal mereka adalah orang-orang yang sadar betul, bahwa makna toleransi dan intoleransi tak bisa direduksi “sepicik” itu. Termasuk yang intoleran adalah Prabowo, yang dulu menjadi pintu masuk Ahok ke Jakarta.

Sementara para pendukung Ahok, secara manis, kemudian dianggap sebagai kelompok toleran karena memperjuangkan persamaan, bahwa siapapun yang menjadi pemimpin, persoalan agama tidak dijadikan pertimbangan. Mereka yang membela kaum minoritas, dan menjadikan prinsip-prinsip universal sebagai kaedah yang harus diikuti dan dipatuhi bersama. Mereka adalah orang-orang nasionalis dan pancasilais. Begitulah kerangka “teori manis”, bagaimana mereka mengklaim dan menyatakan dirinya sebagai orang-orang yang toleran.

Tapi, kalau ditelisik lebih dalam, darimanakah keyakinan mereka muncul, bahwa kalau Anies menjadi pemimpin maka Jakarta akan menjadi tempat berseminya intoleran? Darimanakah mereka berpikir, bahwa Jakarta akan dipengaruhi kebijakan-kebijakan intoleran? Apakah hanya karena Anies di dukung oleh FPI? Tapi, bukankah sikap FPI dan kawan-kawannya yang sering dinegasikan sebagai kelompok radikal dan intoleran dari awal memang sudah jelas, bahwa gubernur Jakarta harus bukan Ahok?

Sepertinya, pandangan seperti itu terlalu naif diutarakan dan terlalu “pengecut”, terutama ketika menyadari, bahwa Jakarta sebagai Ibu Kota negara banyak mata dan pihak yang memerhatikan, yang ikut memantau. Tinggal ikut memerhatikan dan memantau saja,toh, gubernur Jakarta bukanlah raja, masih ada posisi yang diatasnya. Kalau sekiranya menistakan kelompok tertentu, tinggal dilaporkan dan diproses saja. Gitu aja, kok, repot!

Sementara pada sisi yang lain, mereka yang katanya toleran itu banyak lupa, bahwa secara nyata dan jelas, Ahok tidak toleransi terhadap agama lain. Bahkan Ahok telah menjadi terduga kasus penistaan agama, yang sekarang sedang diproses di pengadilan. Ini fakta! “Inikan hanya ulah pihak-pihak tertentu dan cenderung politis”, apapun dalilnya, secara faktual ia telah menyebabkan gesekan dan suasana mencekam di Indonesia beberapa bulan terakhir ini. Aksi-aksi yang dilakukan oleh umat Islam adalah bagian dari fakta tidak elok tentang ulah Ahok. Selain itu, kita tidak bisa lupa bagaimana para pendukung dan pemuja Ahok menyebarkan isu dan membuat fitnah yang secara sadis menyerang pihak-pihak tertentu. Anies Baswedan, Sandiaga, AHY, dan SBY pernah menjadi korban kebrutalan buzzer dan Ahoker. Maksudnya, mungkin begitulah toleransi itu versi mereka, yaitu menjadik penyebab munculnya perpecahan dan gejolak di kalangan masyarakat bawah.

Lalu siapa yang sebenarnya toleran dan intoleran?

Jadi, tak bisa kemudian kita memberikan klaim bahwa si Anies (akan) intoleran dan si Ahok toleran. Tak bisa secara serampangan dan sembarangan membuat dikotomi tak mendasar, apalagi mengaburkan fakta yang jelas-jelas tak bisa dihindari. Ternyata benar, bahwa toleransi itu hanya bungkus, untuk menyembunyikan sesuatu agar tidak terlihat kata Rocky Gerung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline