Ketidakpuasan publik dan suporter sepak bola Indonesia terhadap PSSI ini semakin kuat. Kekecewaan lama, diperparah tragedi Kanjuruhan, dan tak ada pembenahan penting namun melanjutkan liga. Ini semakin menunjukkan bahwa seakan tak ada upaya serius dari PSSI untuk membenahi sepak bola Indonesia. Sebab itu, satu-satunya harapan publik saat ini adalah perombakan total dari segenap jajaran yang ada sekarang.
Momentum Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI mendapatkan dukungan publik karena di situlah harapan satu-satunya untuk bisa melakukan transformasi besar-besaran untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Sebab itu, KLB PSSI harus berfokus ke sana. Salah satunya adalah serius di dalam menjalankan rekomendasi dari TGIPF dan FIFA. Apa saja?
Pembenahan Stadion, Pengamanan, dan Peninjauan Jadwal Pertandingan
FIFA merekomendasikan lima poin. Tiga poin pertama berkaitan dengan keamanan stadion, protokol pengamanan dan peninjauan kembali jadwal dan jam-jam pertandingan.
Dalam poin pertama, FIFA mendorong agar sepak bola dibenahi dari sisi kualitas keamanan seluruh stadion Indonesia. Dengan kata lain, ini sejalan dengan seruan dari suporter dan para pakar termasuk juga TGIPF yang menilai banyak stadion yang tidak layak.
Kanjuruhan adalah salah satu contoh di mana TGIPF menemukan banyak ketidaklayakan dari stadion tersebut, mulai dari anak tangga, kurangnya emergency exit, dan kurangnya perawatan. Sorotan TGIPF terutama terkait dengan pertandingan yang berisiko tinggi seperti pertandiangan rivalitas Arema FC vs Persebaya.
Kedua, FIFA menegaskan perlunya peningkatan pembenahan standarisasi kebijakan pengamanan mulai dari polisi, steward & petugas keamanan. Pengamanan ini mencakup mulai dari sebelum, selama & sesudah pertandingan. Hal ini sangat penting untuk menghindari kemungkinan kericuhan. Lagi-lagi, tragedi Kanjuruhan menunjukkan adanya kelalaian dari PSSI yang tidak menjalankan mekanisme pengamanan sesuai regulasi FIFA atau yang tertuang di dalam ketentuan PSSI sendiri.
Ketiga, FIFA juga meminta jadwal pertandingan ditinjau kembali untuk menghindari situasi berisiko dalam beberapa pertandingan ke depan. Dalam hal ini, PSSI dan PT LIB ke depan harus lebih jeli untuk mempertimbangkan kepentingan keamanan dan kenyamanan dari gelaran pertandingan. Tidak hanya mempertimbangkan soal kepentingan sponsor, penyiaran dan hal-hal ekonomi lainnya. Apa yang terjadi pada tragedi di Kanjuruhan terungkap bahwa di situ koordinasi PSSI dan PT LIB yang mengabaikan prinsip pengamanan dan keamanan. Padahal mestinya pertandingan dengan 'high risk' seperti Arema vs Persebaya itu harus dilaksanakan bukan malam hari demi memudahkan pengamanan.
Membangun Sinergi Internal dan Kerjasama Global
Keempat, mengingat persoalan ini sejatinya menyangkut banyak hal, banyak elemen yang harus saling mendukung untuk keberhasilan sepak bola Indonesia ke depan, maka FIFA menyarankan supaya digelar dialog dengan klub untuk mendapatkan informasi yang relevan, yang masuk dalam proses pembenahan yang diminta.
Kelima, FIFA meminta Indonesia bekerja sama dengan institusi lain dan ahli secara global dalam urusan keamanan dan keselamatan di stadion untuk bisa membangun sistem yang lebih baik. Sebab itu, PSSI harus direvolusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H