Lihat ke Halaman Asli

Kabupaten Kuningan: Salah Satu Upaya Menyalakan Cincin Api Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kuningan, sebuah kabupaten kecil yang berada di Provinsi Jawa Barat. Dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani, Kuningan merupakan daerah yang cukup mudah untuk ditumbuhi berbagai komoditas pertanian terutama sayuran. Dengan topografi yang berada pada kisaran 150-1500 mdpl (id.wikipedia.org) di kabupaten ini juga terdapat sebuah gunung tertinggi yang ada di Provinsi Jawa Barat. Gunung tersebut adalah Gunung Ciremai dengan ketinggian 3.078 m.

Awal tahun 2014 ini ramai diberitakan bahwa gunung tersebut ‘dijual’ oleh pihak pemerintah daerah Jawa Barat kepada pihak luar yaitu PT Chevron Pacific Indonesia. Namun hal ini secara kompak dibantah baik oleh pihak Pemerintah maupun pihak Chevron sendiri. Keduanya menegaskan isu ‘penjualan’ gunung ciremai itu tidak benar, yang benar adalah adanya kerjasama antara pihak Pemerintah dan Chevron untuk pengembangan energi georthermal atau panas bumi yang terdapat di Gunung Ciremai. Mungkin hal ini tidak akan menjadi heboh ketika masyarakat sudah mengetahui program pemerintah yaitu “Menyalakan Cincin Api: Sebuah Visi Membangun Potensi Panas Bumi Indonesia –Igniting the Ring of Fire: A Vision for Developing Indonesia’s Geothermal Power”.

Disadari atau tidak, secara perlahan indonesia akan mengalami krisis energi. Ketergantungan terhadap energi fosil dan mulai menipisnya persediaan energi tersebut seakan menjadi bom waktu yang pasti akan meledak. Semua produksi energi Indonesia, baik minyak bumi, gas bumi hingga bahan bakar nabati (BBN), turun di 2013. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), menyimpulkan Indonesia sudah memasuki kondisi krisis energi. Berdasarkan data Bappenas 2013, produksi minyak bumi kita hanya 306,6 juta barel, atau lebih rendah dari produksi 2012 yang sebanyak 314,7 juta barel. Produksi (lifting) minyak tiap tahun sejak 2005 terus menyusut akibat eksploitasi besar-besaran selama puluhan tahun.

Bahkan, seperti yang dirilis BP Statistical Review of World Energy, June 2012, cadangan terbukti minyak di dalam perut bumi Indonesia hanya tersisa sekitar 4 miliar barel per akhir tahun 2011. Dengan asumsi produksi minyak mentah dalam negeri adalah 942 ribu barel per hari maka secara matematis minyak-minyak tersebut akan habis dalam waktu tidak lebih dari 12 tahun. Masih dari data yang sama, Indonesia juga mengalami defisit minyak mentah sebanyak 488 ribu barel karena kebutuhan yang mencapai 1,43 juta barel per harinya.

Fakta inilah yang membuat masuk akal ketika pemerintah gencar untuk mencari sumber energi alternatif lainnya yang bisa menopang kebutuhan energi di Indonesia ini. Dan salah satu energi alternatif tersebut adalah energi geothermal atau energi panas bumi. Namun hal ini juga jangan dijadikan alasan untuk pemerintah mencari rekanan untuk mengolah harta tersebut secara tidak cermat. Jangan sampai terulang kembali hal-hal semacam Freeport dan tambang-tambang lain yang awalnya bertujuaan untuk kerjasama yang saling menguntungkan namun akhirnya sangat merugikan Indonesia yang sebenarnya merupakan pemilik sumber daya alam tersebut.

Disini pihak Pemerintah Daerah Jawa Barat harus lebih cermat lagi untuk membuat perjanjian dengan pihak Chevron. Berdasarkan informasi dari Dinas Sumberdaya Air dan Pertambangan Kabupaten Kuningan saat ini terdapat tiga wilayah di Kabupaten Kuningan yang memiliki potensi pengembangan geothermal yaitu Pajambon, Sangkanhurip, dan Ciniru. Potensi terduga dari masing- masing wilayah tersebut adalah Pajambon sebesar 135 MW, Sangkanhurip sebesar 25 MW, dan Ciniru sebesar 75 MW. Dengan Visi Bupati Kuningan untuk menjadikan Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi dan berwawasan lingkungan, pemerintah daerah harus berkomitmen untuk mengembangkan Energi Panas Bumi tersebut selain Ramah Lingkungan juga Terbarukan bahkan apabila dapat dimaintain dengan baik bisa sustainable sampai ratusan tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline