Ketika ada yang mengatakan haruskah kita belajar ilmu terlebih dahulu atau belajar adab terlebih dahulu baru kemudian ilmu, maka apa jawaban kita? jawaban benarnya adalah kita harus belajar adab terlebih dahulu sebelum ilmu, karena dengan adab kita akan mengetahui tuntunan dan cara agar kita dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat dan tentunya berkah.
Siapa yang tidak kenal dengan kitab Ta'lim Muta'allim karya Syeikh Az-Zarnuzi dari Turkmenistan? Mungkin bagi masyarakat umum kitab tersebut kurang populer bahkan ada yang belum pernah dengar sekalipun. Namun, bagi para santri kitab tersebut merupakan kitab pedoman dan rujukan yang dipelajari setiap hari di podok pesantren.
Dalam kitab tersebut dibahas bagaimana para santri dalam proses belajar mencari ilmu, mulai dari memilih ilmu yang relevan, memilih guru, teman belajar dan tekun dalam menimba ilmu. Syeikh Az-Zarnuzi mengatakan para santri harus memilih ilmu pengetahuan yang paling baik atau paling cocok dengan dirinya dan yang diperlukanya dalam urusan agama pada saat itu. Kemudian baru ilmu-ilmu yang diperlukannya pada masa yang akan datang.
Jadi dalam tuntunnnya kita harus bisa memprioritaskan ilmu apa saja yang paling relevan untuk kebutuhan masa kini, setelah itu baru kita pelajari ilmu-ilmu lainnya. Meskipun pada dasarnya setiap ilmu itu penting untuk dipelajari, tetapi ada beberapa ilmu yang harus kita prioritaskan supaya kita memiliki keahlian dalam suatu bidang disiplin ilmu tertentu dan tidak hanya sekedar mempelajarinya saja.
Adapun cara memilih guru atau kiai menurut Syeikh Az-Zarnuzi ialah mencari yang alim, yang bersifat wara' dan yang lebih tua. Sebagaimana abu Hanifah Ra memilih guru Hammad bin Abi Sulaiman, karena beliau mempunyai kriteria atau sifat-sifat tersebut.
Abu Habifah berkata, "Beliau adalah seorang guru berakhlak mulia, penyantun, dan penyabar. Aku bertahan mengaji kepadanya hingga aku seperti sekarang itu".
Dalam hal ini hendaklah kita bermusyawarah dengan orang-orang alim(sholeh) ketika akan pergi menuntut ilmu supaya diberikan kemudahan dan juga keberkahan dalam prosesnya menimba ilmu. Sebagaimana yang dikatakan Az-Zurmuzi bahwa mencari ilmu adalah suatu perbuatan yang luhur, dan perkara yang sulit, maka bermusyawarah dan meminta nasihat kepada orang alim adalah penting dan menjadi suatu keharusan.
Selain itu seorang santri juga harus memilih atau berteman dengan orang yang tekun belajar, bersifat wara', berwatak istiqamah dan suka memahami ayat-ayat al-Qur'an serta hadis-hadis Nabi saw dan harus menjauhi teman yang malas, banyak bicara, suka merusak, dan suka memfitnah. Karena itu semua akan berbengaruh dengan sikap dan kepribadian kita.
Seorang penyair pernah berkata, "Jangan bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa temannya karena orang itu biasanya mengikuti temannya kalau temanmu berbudi buruk, maka menjauh lah segera. Bila berlaku baik maka bertemanlah dengannya, tentu kau akan mendapat petunjuk".
Yang terakhir adalah harus tekun dalam menimba ilmu. Ketahuilah, bahwa kesabaran dan ketabahan atau ketekunan adalah pokok dari segala urusan. Tetapi jarang sekali orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut. Jika kita ingin berhasil maka berusaha keraslah, jangan berhenti dan menyerah di tengah jalan.
Sebagaimana kata sebuah syair yang artinya, "Setiap orang pasti mempunyai hasrat memperoleh kedudukan atau martabat yang mulia, namun jarang sekali orang yang mempunyai sifat sabar, tabah, tekun, dan ulet."