(Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pendidikan Guru Penggerak)
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi?
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.
Murid adalah pribadi yang unik, memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang lain, baik minat motivasi, profil belajar, kesiapan belajar kemampuan dalam memahami pembelajaran dan sebagainya. Jika di kelas terdapat 30 murid, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 30 cara yang berbeda untuk mengajar 30 orang murid.
Bukan pula guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Bukan berarti pula guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak . Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai guru, harus dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, agar pembelajaran berlangsung secara efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru diantaranya:
- Tujuan pembelajaran didefinisikan secara jelas
- Tanggap dan responsif terhadap kebutuhan belajar muridnya
- Lingkungan belajar yang "mengundang' murid untuk belajar
- Manajemen kelas yang efektif
- Penilaian berkelanjutan
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah bertitik tolak pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah:
- Kesiapan belajar (readiness) murid
- Minat murid
- Profil belajar murid
Untuk mengoptimalkan kinerja murid dalam proses pembelajaran, Hal berikut harus dipersiapkan oleh guru:
- Kesiapan belajar (readiness) muridKesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan? Guru perlu melakukan asesmen kognitif diawal pembelajaran untuk mengetahui kesiapan belajar muridnya.
- Minat muridMinat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:
- menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian muridmenciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid, mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid, menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
- Profil Belajar Murid Profil Belajar murid menyangkut bagaimana murid dapat mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan cara yang paling mereka sukai, sehingga membantu mereka lebih mudah memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Profil belajar murid ini meliputi hal-hal sebagai berikut
- Preferensi terhadap lingkungan belajar
- Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal -- impersonal
- Preferensi gaya belajar, yang terdiri dari gaya belajar visual, auditori dan kinestetik
Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal?
Setiap murid adalah pribadi yang unik memiliki karakteristik, kemampuan, dan potensi yang berbeda-beda. Guru perlu mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, agar dapat menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan individu atau kelompok murid. Hal ini sangat berguna dalam meningkatkan motivasi, partisipasi, dan hasil belajar murid.
Beberapa contoh berikut merupakan cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid:
- Mengamati perilaku murid-murid
- Melakukan asesmen awal berupa asesmen kognitif, untuk melihat kemampuan awal murid dalam menerima materi pembelajaran baru
- Mengamati murid ketika mereka sedang belajar
- Bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid
- Membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya, dan sebagainya