Pagi masih buta seolah berlomba dengan siayam jantan berkokok
Dia pun bergegas menerabas kabut yang masih berselimut
Keranjang lusuh yang jadi sahabat setia menemani hari
Walau kadang beban berat tak terperi, dia tetap menyusuri
Jalan setapak terpaku membisu, seolah menahan pilu
Dia tetap menyusuri gang-gang sempit yang seakan menghimpit
Dibalik pintu wajah-wajah manis namun terkadang sinis berharap cemas
Dia tetap tegar dan sabar melayani walau terkadang dicaci
Dari pintu ke pintu dia berlalu, berharap sang waktu membawa laku
Langkah demi langkah kian menjauh, dia tetap menyusuri
Keranjang lusuh sang teman sejati menghibur diri