Lihat ke Halaman Asli

Buku Pedoman*: Jembatan Kurikulum Baru

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1412758952670042416

Paling tidak ada dua faktor besar dalam ke­berhasilan kurikulum 2013. Pertama, penen­tu,  yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependi­dik­an (PTK) dengan kurikulum dan buku teks. Kedua, faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur; (i) ketersediaan buku sebagai ba­han ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan standar pem­bentuk kurikulum; (ii) penguatan peran pemerintah da­lam pembinaan dan penga­wasan; dan (iii) penguatan ma­naj­emen dan budaya sekolah.

Buku pedoman menjadi hal yang sangat krusial bagi guru mengingat kurikulum ini masih awal dalam implementasinya. Jadi sumber utama “perubahan” budaya dalam proses belajar mengajar terdapat dalam buku yang disediakan oleh pemerintah. Adanya buku ini sebagai penyambung dan penguat dari pelatihan-pelatihan yang sebelumnya telah dilaksanakan oleh pemerintah melalui Master Trainer hingga Master Teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas, dan kepala sekolah.

Alasan pemerintah menyediakan pedoman tidak lain adalah memberikan jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar terhadap proses belajar mengajar. Buku pedoman ini dibuat sama dari ujung barat hingga ujung timur, dari ujung utara hingga ujung selatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

141275901898742472

Ibaratnya buku pedoman ini seperti buku resep makanan Nasi Goreng. Nasi goreng merupakan makanan khas Indonesia yang ada di mana-mana dan sangat mudah membuatnya. Komposisi utama nasi goring adalah beras, minyak, dan garam. Jika ingin membuat Nasi Goreng Seafood maka tinggal menambahkan bahan dari hewan atau tumbuhan laut. Dan jika ingin membuat Nasi Goreng Jawa maka tinggal menambahkan daging ayam, lembar kol, dan daun bawang. Begitu pun dengan macam nasi gorang lainnya.

Buku pedoman ini adalah dasar dalam implementasi kurikulum 2013. Indikator pembelajaran bisa sama di setiap daerah tetapi tidak menutup kemungkinan media dan alat serta langkah-langkah pembelajarannya menyesuaikan kondisi daerah dan kebiasaan masing-masing masyarakatnya.

Sebagai contoh buku SD/MI kelas IV Tema 4 Berbagai Pekerjaan yang di dalamnya berisi ulasan tentang Pekerjaan di kebun teh. Bagaimana dengan daerah yang tidak memiliki kebun teh, bukankah siswa hanya membayangkan saja karena belum bersentuhan langsung dengan kebun teh? Bagi guru yang tidak ingin “mau jadi” bisa saja menerangkan ke anak didiknya sesuai dengan yang ada di buku. Sedangkan guru yang tidak mau berada di zona nyaman pastinya akan mau “bersusah payah” memodifikasi tema tersebut dengan informasi lain yang labih familier dengan diri dan anak didiknya.

Pemenuhan Buku Pedoman adalah yang Realistis?

1412759080834312878

“Pak, saya mengajarnya menjadi lebih semangat karena anak-anak yang saya ajar sangat aktif dan hidup sepanjang pelajaran berlangsung” ungkapan seorang guru di salah satu Sekolah Dasar yang ada di Kota Blitar.

“Saya sendiri semakin tertantang untuk selalu mengajar dengan berbagai strategi. Mau tidak mau saya harus banyak belajar memperbarui cara mengajar saya”. Ungkapnya dengan wajah yang sumringah sore itu ketika saya mengunjungi rumahnya.

Membuat siswa aktif seperti yang dilakukan guru diatas harus mendapatkan apresiasi karena menghidupkan kelas bukanlah persoalan yang mudah. Guru tersebut mau membuka kembali cakrawala dalam dirinya bahwa dirinya juga harus belajar. Ia sadar bahwa yang dihadapi adalah manusia yang memiliki pengetahuan dan perasaan dan pastinya masa depan. Mengajar bukan hanya untuk memberi tahu agar siswa “tahu apa” tetapi juga “tahu bagaimana” dan “tahu mengapa” sehingga ia tidak sia-sia menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di kelas. Ia akan menjadi kreatif dan produktif untuk diri dan lingkungannya.

14127591101481637681

Buku pedoman saat ini yang paling realistis untuk mengimplemenasikan kurikulum 2013 ini. Ke depan karena pemerintah sudah berkomitmen meratakan “kualitas” siswa didik seluruh Indonesia maka perbaikan isi buku harus selalu diperbaiki berkala untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Butuh hati yang jernih untuk mengoptimalkan anggaran pendidikan yang jumlahnya 20%. Jika memang patokannya untuk menghabiskan anggaran semua orang bisa menghabiskan tetapi bagaimana dengan nasib guru-guru kita yang tidak memiliki akses berlebih seperti kita dapatkan di kota? Satu-satunya senjata mereka butuhkan saat ini adalah buku. Wallohua’lam bishshowab

*Buku Pedoman maksud saya termasuk buku siswa dan buku guru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline