Lihat ke Halaman Asli

Warisan 'Kebersihan'

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ma, sampahnya mana?” ujar seorang anak.Ibunya pun menunjuk kearah lantai angkot, tepat ke bungkus permen yang baru saja isinya dikulum oleh anaknya.“ Iih mama, jangan buang ke situ, kok buang sampah sembarangan, buangnya ke sini ma” ujar anak kecil itu lagi sembari menunjuk keluar jendela angkot. Ke arah jalanan.Ibu itu pun tersenyum sambil mengangguk “Iya”.

Sekilas percakapan diatas sedikit membuat dahi berkerut.Bukan, ini bukan dialog karangan saya.Inilah realita yang saya dapati saat berangkat kerja dengan angkot pagi ini.

Kerutan dahi saya bertambah saat bertanya-tanya, edukasi seperti apa yang diterima anak usia sekolah dasar itu.Dari busananya tampak jelas bahwa ibu-anak tersebut bukanlah dari kalangan marginal.Sehingga pastinya anak itu tidak putus sekolah.Sesaat pikiran saya menerawang ke jaman saat saya SD dulu.Larangan membuang sampah sembarangan selalu disampaikan berulang-ulang oleh para guru.Tak hanya itu, tulisan ‘Dilarang Buang Sampah Sembarangan’ dan ‘Buanglah Sampah pada Tempatnya’ kerap tertempel di areal bermain dan di tiap dinding ruang kelas.Lalu, apakah ada perubahan pola ajar masa kini?

Aaah, saya ketemu jawabannya.Jelas sekali. Anak itu benar-benar salah kaprah.Bukan salahnya jika ia menuruti tulisan ‘Buanglah Sampah pada Tempatnya’.Sepanjang jalan itu memang penuh sampah!Tidak ada sapotong badan jalan pun yang tidak disisipi sampah.Sampah kertas, plastik, botol, sayur, dan sejenisnya.

Kalau begitu yang ngaco siapa ya?

Warisan ke-ngaco-an dari masyarakat terdahulu memang secara sukses terwariskan.Kalau boleh berkata kejam, pendidikan kita soal kebersihan mutlak gagal.Saya berani bilang demikian karena apa gunanya jika yang bersih cuma sebagian? Ada komunitas, sekolah atau SPBU yang dijadikan percontohan karena saking bersihnya.Tapi apa maksud percontohan jika ada contoh tapi tak ada yang mencontoh.

Sudah saatnya bergerak bersama.Bersama-sama menjaga kebersihan.Menahan tangan-tangan nakal yang coba buang sampah di ‘tempat sampah’ warisan.Dan mengalihkannya ke tong sampah yang tersedia.Tempat sampah sejati yang tersedia.Toh kebersihan adalah urusan semua orang.Bukan cuma urusan pemerintah saja.Kebijakan mengenai kebersihan lingkungan sudah disahkan bertahun-tahun yang lalu.Hanya kesadarannya saja yang belum bergerak secara masif.Sampai banjir melanda akibat saluran air yang tersumbat, masa’ bangsa ini tak jera juga?

Maka sadarkan diri anda.Mulailah melek kondisi lingkungan.Jangan lagi buang sampah sembarangan.Ubahlah kebiasaan buruk lingkungan anda.Kebiasaan selayaknya pasti bisa diubah dan tidak bersifat permanen.Selamat sadar! J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline