[caption id="attachment_99334" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Pernah sakit kepala yang tidak tertahankan?
Pernah merasa lidah pahit?
Mungkin demam dan batuk?
Atau nyeri di pinggang?
Semuanya adalah bentuk rasa sakit yang terkadang tanpa menyelidiki penyebabnya kita acapkali memutuskan ‘mengusir’ rasa sakit tersebut dengan buru-buru meminum obat analgesik (penghilang rasa sakit).Rasa sakit secara bahasa bermakna gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya (dikutip dari artikel “Konsep Sehat-Sakit”, Suparjo, SKep.Ns).Yang jika dibahasakan secara awam, bisa berarti ‘alarm’ tubuh untuk segera beristirahat.
Tidak ada yang salah dari mencoba menghilangkan rasa sakit.Tapi apakah sakit itu sering kembali? Atau bahkan berulang kali menyerang? Jika ya, maka yang diobati baru gejalanya saja sedangkan penyakit atau penyebab sebenarnya masih tetap ada.
Obat analgesik memang obat pasar yang jadi jagoan nyaris semua orang. Obat yang semakin banyak tipe dan jenisnya walau komposisinya kurang lebih serupa ini, dapat diperolehdengan harga yang relatif terjangkau.Kelebihan lainnya adalah efek yang cepat, setelah diminum selang beberapa saat sakit langsung hilang.Sehingga kita segera bisa beraktivitas kembali.
Analgesik di saat sekarang ini sudah serupa obat dewa yang mampu menekan berbagai rasa sakit.Sayangnya sedikit orang yang benar-benar memperhatikan lembar kontra indikasi yang tertulis kecil-kecil pada kemasan obat.Parahnya, penjualan ketengan yang menggunting sepotong-sepotong obat supaya bisa dijual per butir mengakibatkan semakin kurang tersosialisasinya efek samping dan aturan penggunaan obat.Padahal analgesik yang dijual di pasaran dengan dosis tinggi memiliki efek samping buruk jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan secara terus-menerus.
Salah satu tipe analgesik yang umum ditemui di pasaran adalah acetaminophen atau parasetamol.Berdasarkan artikel yang dimuat di Media Indonesia (mediaindonesia.com) acetaminophen merupakan obat penghilang rasa sakit yang paling sering digunakan oleh masyarakat.Acetaminophen biasa digunakan untuk menurunkan demam serta meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang.Beberapa efek samping yang ditimbulkan dari acetaminophen antara lain, kemerahan pada kulit, gatal, bengkak dan kesulitan pernapasan. Sayangnya saat kebanyakan orang merasa tidak mempan dengan dosis rendah, dengan mudahnya akan menggantinya dengan obat berdosis lebih tinggi.
Tak hanya sedikitnya pengetahuan mengenai efek samping obat yang menjadi masalah, namun juga ketergantungan akan obat itu sendiri yang boleh dikatakan sumber penyakit bagi masyarakat perkotaan.Alih-alih prevensi timbulnya sakit dan mencoba menelaah pemicu sakit, masyarakat umumnya bersikap santai dengan pola hidup yang rawan sakit. Maka tidak salah jika analgesik yang keberadaannya bak penolong instan lambat laun menjadi lawan bagi diri kita.Sudah saatnya mengurangi konsumsi obat penghilang rasa sakit, tak lain agar kita kembali bisa mendengar makna rasa sakit yang sedang dialami dan mengobatinya dengan benar. [RTA]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H