Sampai rumah aku disambut ibuku dengan senyum yang mengembang. Lega rasanya. Ibu memelukku hangat seperti menemukan kembali anaknya yang hilang.
“ Bagaimana kabar Ibu, Ibu baik-baik saja kan?”Ibu hanya diam, dengan senyumnya yang takpernah bisa aku pahami.
“ Sudah kamumandi saja setelah itu istirahat.” Aneh memang seorang Ibu yang tidak pernah bertemu dengan anaknya selama setahun, setelah bertemu tidak mengajaknya cerita atau menanyakan apa yang terjadi selama setahun dengan anaknya . aku menurutisaja apa yang di katakan Ibu. Aku segera mandi untuk kemudian masuk kedalamkamarku.saat mele-
wati Ruang tamu di meja dapat kulihat Asbak yang sudah penuh dengan puntung rokok, Ibu tidak merokok lalu siapa? Mungkinkah ada laki-laki di Rumah ini.mungkin teman laki-laki Ibu.aku mulai bisa memahami apa yang di rasakanIbu, mungkin sendiri tidak cukup untuk membuat hidup bahagia.kubuka pintukamarku dan ingin segera akumenghempaskan lelahku keranjangku. Namun diatas tempat tidurku aku menemukan
pakaian laki-laki dan bungkus rokok yang isinya tinggal setengah, Ibu tidak berubah pikirku, entahlah tiba-tiba aku lebih bisa menerima, apa yang terjadi dengan Ibu. Mungkin karena gemblengan di rumah Pak Susastio yang membuatku lebih kuat menerima segalanya, kulipat pakaian itu dan memasukkannya kelemariku, kalau-kalau nanti ada yang mencarinya . Aku mulai berbaring dan mencoba untuk memejamkan mataku , namun ada ssuatu yang mengganjal di saku celanaku bagian belakang . Oh, Tuhan ini amplop yang diberikan Ibu Susastio , kubuka ada beberapa lembar ratusan ribu , kurogoh saku celana bagian depan.amplop dari Pak Susastio.dan kubuka isinya lebih banyakdari yang diberikan Bu Susastio.kukeluarkan juga amplop dari kemeja dan kantongtas belakangku .Amplop dari mba Larasati dan mas Bima. Kukeluarkan semua isinya dan menjadikan satu di tempat tidur.Oh, Tuhan banyak sekali aku harus menyimpannya ,mungkin satu saat aku membutuhkannya , kembali kubaringkan Tubuhku hembusan angin yang lembut dari jendela dan gesekan daun di luarmengantarkanku lelap ke alam mimpi.
Tanpa kesulitanyang berarti aku sudah pindah di sekolahku yang baru.senang sekali rasanya bisakembali sekolah , meski sekolahku sekarang tidak sebagus yang dulu.banyak halyang tidak aku dapatkan di sekolah baruku.disini tidak ada majalah dinding,tidak ada tempat untukku mengekspresikan diri.aku harus mencari kegiatansendiri diluar sekolah.pikirku dan aku mulai tertarik dengan disain grafis.Sepulang sekolah kuputuskan untuk ke Warung Internet, kupikir aku harus mengisiwaktuku aku harus memiliki keterampilan dan aku harus jadi sesuatunantinya.jadi apapun nanti yang pasti aku tidak ingin seperti Ayahku yangmelarikan diri dari kenyatan. Atau seperti Ibu yang jatuh kepelukan satulaki-laki ke laki-laki lain.Aku harus hidup selayaknya manusia.
Aku masih dudukdi depan komputer dengan sebuah desain yang ku tiru dari buku photosop yang akubeli .bosan juga belajar sendiri. Kucoba untuk membuka internet dan menulissebuah alamat.. Aku mulai menikmati gambar-gambar yang muncul gambarkebahagiaan sebuah keluarga, gambar kebahagiaan antara Ayah dan Anak lelakinya.Gambar itu melambungkan anganku seandainya…Oh, Tuhan . aku hanya bisa berkatadalam hati seandainya aku bisa lahir kembali.
Aku ingin memiliki keluarga lengkap.Aku ingin memiliki Ayah seperti mereka, seandainya waktu bisa di putar dan akubisa kembali kemasa kecil seperti yangada di foto itu . Tapi dimana sesungguhnya Ayahku aku harus mencari tahu siapasesungguhnya Ayahku. Tekadku tapi bagaimana aku mencari tahu tentang Ayahku .tak satupun barang wasiat yang di tinggalkan Ayah untukku , diam-diam ku savebeberapa gambar foto yang kuanggap bagus ke dalam flash disc
Dan kuprint jugabeberapa foto dan kuselipkan diantara buku pelajaranku saat aku sendiri.saattidak ada orang di dekatku. Diam-diam kupandangi foto itu, dan aku melambung kedunia mimpi. Kubayangkan aku kembali ke masa kecilku. Kubayangkan yang ada difoto itu aku dan Ayah . kubayangkan aku berada di punggung seorang Ayah yangkuat, kubayangkan aku lelap dalam gendongannya.dalam dekapan tangannya yangbesar dan kuat yang melindungiku.
Tok..tok..pintukamarku diketuk, kubuka Ibu muncul dari balik kamar.
“Syan “ katanya