dalam pikirnya terjadi sesuatu yang Emergency yang bayi itumerasa ia sudah terancam kehausan dan merindukan asupan Gizi yang sangat tinggi dari ibunya pun siap memberikan kudapan yang sangat Higienis dan Original untuk sang buah hati bayi pun menyongsong santapan dengan suka cita, ahh, drama yang sangat romantic yang sering kita saksikan sebuah dialektika tanpa kata tapi tanpa kebohongan bukan sandiwara yang dipenuhi intrik politik dan kebohongan, rasa cinta yang tumbuh dibawah nalar, menjalar disetiap lekuk nadi dan perasaan pelukan dan kasih sayang seorang ibu tanpa pamrih dan balas jasa, alangkah maha sempurnanya Allah membuat sekenario yang indah jalinan kasih yang maha sempurna.
Namun sayang, tak semua bisa sesuai dengan rencana dan keinginan ,ketika si manusia suci itu lahir banyak hak asasi mereka tergadaikan hak-hak kasih sayang dari seorang ibu teramat minus ia dapatkan, sering kali si bayi lahir menjadi ganjalan karier dan refutasi, bayi menjadi alasan perusak body language, merusak aura dan kesexy an sehingga bayi dititipkan pada sapi-sapi perahan, pada baby sister yang tak memiliki sentuhan emosional dan kasih sayang qodrati, bukan salah bayi lahir akan tetapi ketamakan manusia yang jauh dibawah nalar dan akal sehat, lebih tragis lagi bayi yang tanpa dosa terbuang tanpa daya didalam kardus tak lebih bermartabat dari seonggok sampah yang bau kotor dan tak berharga. Hasil dari hubungan cinta yang buta jangankan kita manusia normal dan punya nalar harimau pun yang terkenal galak, mengecam aksi manusia yang tak punya peri kemanusiaan. Sementara harimau yang tak pernah mengenal bangku sekolah pun mempunyai peri keharimauan, mereka punya falsafah sendiri “segalak-galaknya kami kaum harimau tak akan pernah membuang bayi kami, walaupun bapak bayi ku ini, sekarang sedang selingkuh dengan gadis harimau yang lain, bayi kami tak kan ku titipkan pada sapi-sapi perahan akan kususui sendiri walaupun susu ku tak seindah punya manusia ”. alangkah malu kita bangsa manusia yang katanya memproklamirkan Hak Asasi Manusia(HAM) dan mereka belum pernah mendeklarasikan Hak Asasi Harimau (HAH).
Ironis, sangat ironis, ketika hak bayi yang super suci sudah dipercayakan dimomongi pada sapi-sapi perahan apalagi sapi perahan itu bukan ahli warisnya tak ada gurat keturunan, walaupuan kita buka buku-buku kuno sampai pada bapak moyang manusia yaitu adam tak pernah ada hubungan keturunan sedikit pun antara kita dan sapi. Malang nasib mu bayi mungil, kau dilahirkan di NegriKu, yang tersiar kabar susu-susu yang dikonsumsi oleh kalian di NegriKu ini katanya terinfeksi Virus E.sakazakii (Enterobacter sakazakii) seramnya lagi berita itu bukan hanya gossip yang tak bertanggung jawab, tapi menurut para peneliti yang berkopenten dalam meneliti virus dari IPB harus percaya karena mereka para ilmuwan, aneh tapi nyata menurut BPOM mengatakan dalam susu formula yang ada di Indonesia steriil dari Virus E. Sakazakii, jadi sebenarnya mana yang benar ya? Menurut saya kalau memang para peneliti dari IPB itu mengeluarkan fatwa yang bohong, seharusnya pemerintah segera menangkap mereka karena mereka telah membuat aliran sesat fatwa yang menyesatkan, kalau perlu bikin saja SKB 3 menteri yang menyesatkan para ilmuwan IPB dan membubarkan IPB, karena banyak orang tua yang menitipkan bayi-bayinya pada sapi sekarang menjadi miris dan khawatir pada bayi-bayinya, mereka tak bisa memeja hijaukan para sapi karena di negeri ini belum ada pengadilan khusus para terdakwa sapi. Di sini yang lebih anehnya lagi pemerintah tak mau menyebutkan mana merk susu yang terindikasi terkena Virus Sakazakii, saya heran karena alasan apa yang mempunyai kebijakan tak merelease dan mengumumkan pada masyarakat? Apa karena takut upeti dari produsen susu jadi susut sehingga nanti tak punya ongkos untuk pergi ke Bali? Apa karena nanti jadi minim anggaran untuk study banding tentang pramuka ke Eropa? Subhanallah kenapa bayi-bayi sebagai generasi bangsa kedepan untuk negri ini 30 tahun yang akan datang hanya dinina bobokan dengan pernyataan Men Kes dan BPOM bahwa Virus tersebut akan mati dengan 90 derajat celcious, masyaarakat kita bukan mayoritas masyarakat pintar, tahu derajat celcius aja Cuma beberapa persen. Mau dibawa kemana nasib bayi-bayi kita yang tak berdosa dan merupakan asset yang tak ternilai untuk Negara kita tercinta ini? Wallahu A’lam Bisshawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H