Tidak sengaja melintas di depan toko buku titik Nol Jogja. Sekilah buku yang terlihat biasa-biasa saja tapi entah mengapa ada 1 buku yang menarik perhatian. Andrea Hirata - Ayah, buku ini sontak menjadi fokus saya dan seketika kaki ini berhenti sejenak hanya untuk membaca sinopsis di belakang buku.
"Menarik," itu yang telintas pertama kali dalam benak. Seketika itu juga, buku tersebut langsung saya beli. Tapi jangan disangka jika setelah membeli buku tersebut langsung saya habiskan membacanya, karena buku tersebut saya baca dengan tersendat-sendah.
Beberapa topik saya selesaikan dihari pertama membeli, lama setelah itu baru saya lanjutkan kembali. Koq bisa? katanya menarik? Judulnya menarik, tapi di bab-bab awal sedikit berat pembahasannya. Setelah masuk ke bab pertengahan, alur cerita mulai terasa ringan dan mudah diikuti. Ada beberapa penggalan kisah yang sangat menginspirasi. Tokoh utama, Sabari, merupakan tokoh yang bisa dibilang sangat kekeh untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Dari tokoh inipun saya belajar untuk menjadi yang seperti apa yang Sabari kerjakan, menjadi excelent dalam bidang apapun. Dalam buku ini, tokoh Sabari menaruh hati kepada seorang gadi cantik nan rupawan bernama Marlena. Marlena jangankan suka, melirik saja tidak sudi. Sampai akhirnya pergaulan buruk Marlena berdampa pada kehamilan di luar nikah. Hal ini merupakan suatu keberuntungan untuk Sabari karena lelaki yang menghamilinya tidak bertanggungjawab dan sabarilah yang dipilih untuk menjadi ayah dari anak yang dikandung Marlena.
Status sebagai seorang ayah untuk anak yang dikandung Marlena menjadikan Sabari menjadi seorang yang semakin lebih dewasa dan bergembira sejagad Belitong. Marlena yang tidak memperdulikan anak yang dilahirkannya sendiri menyerahkan hak asuh penuh kepada Sabari. Marlena merupakan wanita cantik yang menjadi rebutan para lelaki. Namun cantiknya itu menjadikannya sebagai seorang yang berkali-kali nikah-cerai.
Sabari sangat sayang dengan anaknya yang hanya tinggal berdua dengannya. Zorro, begitu sabari memanggilnya. Setiap hari anak itu dibawa dengan sepeda ke balai kota. Sabari pandai menceritakan kepada Zorro puisi dan berbagai lantunan syair. Hingga pada hari, Zorro diambil paksa oleh Marlena dan dibawa pergi. Mengetahui keadaan itu, Sabari menjadi stress dan nyari gila.
Delapan tahun sudah hidup sendiri seperti orang gila yang tak kenal siapa-siapa. Melihat sahabatnya yang nyaris gila, kedua sahabat Sabari menekadkan diri untuk mencari Marlena dan Zorro. Mereka berkeliling Sumatrahanya untuk mencari Marlena dan Zorro.
Mereka akhirnya kembali dengan membawa Zorro kembali dan Sabari akhirnya menemukan hidupnya lagi.
Sampai pada hari kematiannya, cintanya masih tetap utuh untuk Marlena.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H