Takkan Lari Gunung di Kejar.
Lari Turun Gunung, Jambu Air di Kejar.
Lagu :
Hidup ini adalah kesempatan...
Hidup ini untuk melayani Tuhan...
Jangan sia-sia kan, apa yang Tuhan beri...
Hidup ini hanya sementara...
Oh Tuhan pakailah Hidup Wati ...
Selagi Wati masih kuat ...
Bila saatnya nanti, Wati tak berdaya lagi...
Hidup Wati Sudah Jadi Berkat ...
Cerita :
Lagu religius diatas untuk gambaran awal cerita tentang Maria Setiawati yang dipanggil Wati ( Veldhuyzen Family anak ke 4 Agnes Evertine Veldhuyzen ).
Karena lebih dari setengah umurnya mengabdi untuk kegiatan-kegiatan Rohani.
Setelah mendapat cobaan hidup yang luar biasa, bagai dari 4 penjuru arah mata angin.
Yang bila diurut terbalik arah jarum jam seperti :
B : untuk inisial Barat ini menjadi Berdukacita yang dalam setelah meninggal dunia Mami :
Ya setelah Mami meninggal dunia yang menggantikan sebagai peran Ibu adalah Wati karena Peddy, Poly sudah menikah dan Didik ikut Papi bekerja di Jakarta.
Saat itu, Rumah di Jl. Majapahit 18 Surabaya bagaikan sebuah Panti Asuhan, karena tanpa ada orang tua yang mengasuh.
Wati sebagai anak yang tertua menjadi pengasuh bagi adik-adik nya.
S : untuk inisial Selatan menjadi Sekarat atau Dying akibat Sakit Jantung Bawaan atau kelainan ritme dan denyut Jantung yang tidak normal.
Yang mengakibatkan Wati beberapa kali harus rawat inap di ICU di Rumah Sakit dan sempat koma.
T : untuk inisial Timur menjadi Tunangan yang berkhianat menikah dengan wanita lain pilihan orang tua nya, yang ingin punya keturunan.
Karena kata Dokter : Wati tidak boleh hamil dan melahirkan anak sebab Jantung Wati lemah dan berbahaya bisa berakibat fatal bagi Wati dan Janinnya bisa meninggal dunia.
U : Untuk inisial Utara menjadi Universitas yang terpaksa berhenti karena Kesehatan Jantung yang lemah, Wati tidak boleh capek, lelah dan stress termasuk kegiatan kuliah bisa berakibat fatal.
Cobaan penderitaan itu yang luar biasa itu terutama masalah Sakit Jantung, di prediksi Dokter hidup Wati tidak bertahan lama.