Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa Kini, dari Drama Korea yang Dramatis Hingga Eksistensi yang Terkikis

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Topik akhir ini di dalam pemberitan netizen banyak yang mulai mempertanyakan tentang eksistensi mahasiswa dalam mengatasi masalah bangsanya. Itu menjadi isu yang menarik, karena mahasiswa memiliki segala daya untuk melakukan sebuah kerja dan sebagai agen solusi terhadap permasalahan yang berkembang di tengah masyarakat.

Mahasiswa dituntut sebagai agen penggubah dan pengggerak. Ya, karena mahasiswa adalah karakter yang tangguh,intelektual, idealis, terorganisir, heroik, dan memiliki keterkaitan terhadap sumber kekuatan. Tak ada kelompok sosial yang memiliki kombinasi selengkap ini, sebagaimana Mahasiswa. Maka wajarlah,bilamana banyak yang mempertanyakan eksistensi mahasiswa,karena banyak masyarakat yang mengadalkan kerja Mahasiswa.

Ketika kita berbicara mahasiswa,kita akan berpikir sesosok insan yang sudah beranjak kedewasannya. Itulah yang digambarn kakak-kakak kita saat menurunkan Presiden Soeharto kala itu yang memiliki kekurangan yang sudah sangat tidak dapat di tolerir lagi. Mahasiswa pada saat itu sangat kritis dan peka terhadap permasalahan bangsanya. Mahasiswa pada saat itu tentunya tergerak karena kedewasaanya,mana mungkin manusia dewasa tidak menampakan rasa peka terhadap permasalahan yang ada.

Namun, kita juga harus melihat terhadap realitas yang ada. Ketika aqil mahasiswa dewasa kini semakin terlambat, mungkin kini mereka masih remaja, belum pemuda. Remaja, tentunya masih berjuang dengan kegalauannya sendiri. Itulah yang dirasakan dengan kegiatan"Mahasiswa" yang galau dan risau terhadap masalah cinta menyibukkan diri dengan kata-kata pujangga yang di mabuk asmara. Pengaruh afeksi yang berlebih di kalangan mahasiswa menyebabkan mahasiswa menjadi pejuang cinta, bukan pejuang jiwa yang merana.

Perwatakannya sekarang melow dan melankolis di asupi drama korea yang dramatis.

Menangis bukan membelawa kaum papa, tetapi mengemis untuk mendapat cinta.


Pola gaya hidup yang menyebabkan mereka berubah drastis. Budaya populer saat ini menekankan pada konsep cinta dan asmara. Tentulah asmara sangat wajar dalam kehidupan insani, cinta dan mencintai,kasih dan mengasihi antar insani. Maka jangan harap,suatu saat mahasiswa bisa dapat menggulingkan pemerintahan yang tidak adil bila masih dengan pola gaya hidup seperti ini. Yang ada malah dapat menggulinkan hati si "dia".

Mari kita sepakati cinta dalam asmara sangat wajar terjadi. Tetapi sudah melewati batas sadar bilamana cinta menjadikanya lupa akan segala bahkan tidak peka dan tidak merisaukan permasalahan yang ada. Maka dari itu marilah kita saling mengingatkan dan menguatkan satu sama lainya. Untuk perubahan,untuk Indonesia yang kuat.

Hidup Mahasiswa!!!

Salam Mahasiswa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline