Lihat ke Halaman Asli

Memilih Jurusan Bingung-bingung Gampang

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Membicarakan jurusan studi memang kadang menjadi hal yang memusingkan. Saya sempat mengalaminya. Semasa SMA saya bingung untuk memilih jurusan apakah IPA atau IPS. Sebenarnya kesukaan saya di bidang IPS, kecuali pelajaran sosiologi. Namun ada anggapan bahwa anak IPA kitu keren, lebih pintar dan lebih mudah memilih jurusan ketika masuk perguruan tinggi. Sedangkan jurusan IPS yang saat itu cuma ada 2 kelas isinya anak-anak yang saat kelas X menjadi langganan remidi matematika dan susah untuk memilih jurusan ketika kuliah nanti.

Saya terhasut oleh kabar burung tersebut karena pengetahuanku soal dunia perkuliahan sangat minim waktu itu ditambah lagi saya paling tidak suka dengan mata pelajaran sosiologi. Jadi masuk IPA adalah jurus pamungkas agar terhindar dari pelajaran Sosiologi. Akhirnya saya masuk jurusan IPA meski dapat tempat di kelas paling ujung yaitu IPA 7. Ibarat pepatah "Keluar dari mulut buaya masuk mulut singa", niatnya mau menghindari sosiologi tapi bertemu Kimia dan Fisika. Selama dua tahun saya babak belur mengikuti pelajaran IPA terutama Kimia dan Fisika. Otakku isinya rumus semua tanpa tahu bagaimana cara menerapkannya. Akhirnya saya bisa lulus SMA dengan nilai lumayan untuk mata pelajaran umum dan pas-pasan untuk mata pelajaran Kimia dan Fisika.

Setelah lulus aku memilih kuliah di bidang pendidikan karena terinspirasi melihat Guruku waktu perpisahan yang tampak sangat bahagia anak didiknya lulus dengan nilai yang memuaskan. Sedangkan jurusan studi saya sesuaikan dengan hobiku nonton berita politik dan nonton wayang yang ceritanya berhubungan erat dengan politik, filosofi kehidupan dan pendidikan moral. Meski bukan termasuk mahasiswa yang cerdas, namun saya lebih menikmatinya daripada saat SMA.

Dari curhat saya diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memilih jurusan sering dipengaruhi oleh tiga hal yaitu bakat, minat dan biaya. Berikut beberapa saran untuk mereka yang akan memasuki dunia perkuliahan.


  1. Memilih jurusan yang disukai karena nanti dalam menjalankannya lebih enjoy. Jangan hiraukan gosip-gosip miring tentang suatu jurusan, gengsi ataupun ikut-ikutan teman seperti yang saya alami saat SMA. Jika dipaksa orang tua untuk memilih jurusan tertentu, yakinkanlah orang tua sekuat tenaga misalnya dengan menunjukkan riwayat nilai kita selama sekolah atau menceritakan orang-orang yang sukses dengan jurusan yang kita sukai tersebut.
  2. Jika kesulitan menemukan bakat, bisa dengan tes psikotes. Biasanya sekolah-sekolah atau bimbingan belajar banyak yang menggunakan jasa tes psikotes untuk mengarahkan siswa. Dari tes psikotes tersebut dapat diketahui kemampuan yang menonjol dari kita. Meski tidak 100% tepat, namun banyak teman-teman saya yang terbantu. Atau dengan melihat riwayat nilai rapor kita selama sekolah mata pelajaran mana yang rata-rata selalu bagus.
  3. Bagi yang memilih jalur PMDK, pikirkan baik-baik jurusannya. Jangan sampai setelah diterima nanti dicabut lagi karena hal ini berdampak pada adik-adik kelas kita. Sekolahku dulu pernah diblacklist UNDIP gara-gara kakak kelasku banyak yang diterima di sana namun kemudian hari dicabut gara-gara diterima SPMB di UGM,UI maupun STAN. Kami sebagai adik kelasnya yang kena getahnya.
  4. Gali informasi yang banyak sejak jauh-jauh hari misalnya tentang syarat-syarat pendaftaran,nilai minimal maupun prospek pekerjaan nantinya. Apalagi di zaman yang serba canggih ini. Informasi dapat diperoleh dengan mudah. Misalnya mau mendaftar AKMIL atau AKPOL maka bisa berlatih fisik setiap hari, giginya bolong atau tidak, buta warna atau tidak, punya varikokel atau tidak dll.
  5. Konsultasi ke guru BK secara rutin. Guru BK bisa mengarahkan kita ke "jalan yang benar" termasuk dalam memilih universitas yang tepat. Dulu ada kakak kelas yang tidak jadi masuk UGM gara-gara biayanya mahal dan ia tidak konsultasi dengan Guru BK. Padahal menurut Guru BK saya sumbangan masuk bisa diisi dengan nol rupiah sesuai dengan pekerjaan orang tua. Sekarang banyak perguruan tinggi yang menerapkan model subsidi silang seperti ini.
  6. Jika sudah mantap dengan jurusan tinggal tentukan institusinya. Bagi golongan yang mampu secara finansial bukan menjadi masalah karena bisa mendaftar di swasta atau di PTN lewat jalur swadaya.
  7. Bagi yang berasal dari golongan kurang mampu bisa mencari informasi Beasiswa misalnya beasiswa Bidik Misi atau beasiswa dari perguruan tinggi swasta atau mencari informasi sekolah kedinasan yang tidak dipungut biaya.
  8. Bagi yang memilih jalur SNMPTN. Hitung peluang kemungkinan diterima. Informasi ini dapat diperoleh dari buku SNMPTN yang dibagikan saat mendaftar. Jika di universitas favorit dirasa sulit bisa ke PTN lain yang peluangnya lebih besar daripada nanti yang diterima justru pilihan yang ketiga.
  9. Belajar yang sungguh-sungguh pastinya, biar bisa masuk jurusan sesuai selera.

Jika sudah terlanjur salah jurusan, kalau punya uang berlebih bisa ikut SNMPTN lagi atau daftar di universitas lain. Jika tak punya biaya jalani saja. Tak ada ilmu yang sia-sia. Mungkin dari proses selama kuliah kita akan bertemu orang-orang yang berperan dalam kehidupan kelak misalnya teman yang kelak jadi rekan bisnis atau mungkin ketemu jodoh. Banyak perusahaan yang tidak menentukan kriteria jurusan tertentu dalam menerima karyawan contohnya anak dari guru saya yang merupakan sarjana pertanian tapi diterima kerja di Bank.

Yang paling penting adalah bahwa kuliah hanya salah satu jalan menuju menuju kesuksesan.Kalau tidak percaya tanya saja pada Bob Sadino.hehe

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline