"Maaf, Ki Lurah Manggolo Krasak," ucap Galih Sukma, melihat keadaan putri Ki Lurah Manggolo Krasak yang terlihat tidak berdaya. Pingsan dan bercak darah hitam yang berbau amis belepotan di mulut dan sprei tempat tidur.
Tubuh Galih Sukma melesat cepat, langsung mengambil tindakan pertolongan pertama.
"Tuk... Tuk... Tuk..."
Tiga totokan cepat, tepat di simpul syaraf utama untuk menjaga kestabilan kerja darah dan jantung. Kemudian tanpa ragu-ragu, dibaliknya tubuh putri Ki Lurah Manggolo Krasak yang berada di balik selimut. Diurut cepat lehernya, dan sesekali ditekan dengan penyaluran tenaga dalam panas miliknya,
"Hooeek!"
Putri Ki Lurah Manggolo Krasak siuman dan kembali memuntahkan darah hitam yang berbau amis.
Untung saja, Ki Masto yang sigap sudah menyalakan dupa wangi, sehingga bau amis itu sebentar saja sudah hilang.
Melihat putrinya siuman dan muntah darah lagi, tak urung Nyi Lurah Manggolo Krasak menjerit dan pingsan. Hatinya sudah tidak tahan melihat penderitaan putrinya.
Ki Lurah Manggolo Krasak yang tahu gelagat segera menyambar tubuh istrinya sebelum terbanting di lantai.
Melihat keadaan Nyi Lurah, Galih Sukma bertindak cepat, diurut leher Nyi Lurah dan ditotok simpul syaraf yang sama seperti sebelumnya.