Lihat ke Halaman Asli

Eksplorasi Kebun Kopi; Rahasia di Balik Kualitas Kopi Lokal di Malang

Diperbarui: 19 Januari 2025   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Peserta survey kebun kopi; Sumber Kamera Pribadi)

Melihat Lebih Dekat Kebun Kopi: Rahasia di Balik Kualitas Kopi Lokal Pada hari Senin, tanggal 1 Januari 2025, telah dilaksanakan survei lapangan di kebun kopi seluas 300 hektar yang berlokasi di Desa Ngadrejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Survei ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait jenis kopi yang dibudidayakan, teknik perawatan, waktu panen, dan berbagai aspek lainnya terkait pengelolaan dan pemasaran kopi. Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa jenis kopi yang dibudidayakan meliputi kopi robusta, kopi tugusari, dan kopi arabika. Kopi robusta memiliki bentuk buah yang lebih besar dan harga jual sekitar Rp 45.000/kg untuk berondongan, sementara kopi arabika, yang lebih mahal dengan harga sekitar Rp 80.000/kg, biasanya diminati oleh konsumen di perkotaan dan konsumen daerah wisata seperti caf-caf di sekitar bromo.

Panen kopi dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus setiap tahunnya dengan teknik pemetikan langsung, di mana hanya buah yang berwarna merah yang diambil untuk menjaga kualitas. Dalam hal perawatan, tanaman kopi yang masih muda diberikan pupuk urea untuk mempercepat pertumbuhan, serta pupuk organik seperti kotoran hewan ternak dan tambahan pupuk ZA atau Ponska. Ketahanan tanaman kopi di kebun ini rata-rata mencapai 15 tahun, tergantung pada tingkat perawatan. Pada pohon kopi yang tinggi, rumput di sekitar tanaman relatif sedikit, sedangkan pada pohon yang masih muda, rumput cenderung lebih banyak dan membutuhkan pengelolaan lebih intensif.

Penjualan hasil panen kopi dilakukan dalam bentuk biji kopi dan kemasan bubuk. Sebagian hasil kopi juga diekspor ke pasar internasional. Kopi robusta memiliki pangsa pasar yang lebih luas di tingkat lokal, sedangkan kopi arabika lebih populer di kalangan masyarakat perkotaan yang mengonsumsinya di caf-caf. Harga kopi saat ini cukup tinggi karena tingginya tingkat kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk cuaca dan pengelolaan kebun. Biji kopi yang jatuh biasanya dikumpulkan dan disemai kembali menggunakan polibek untuk menjaga keberlanjutan tanaman.

Demikian berita acara ini dibuat untuk mendokumentasikan hasil survei yang telah dilakukan, dengan harapan dapat menjadi dasar untuk pengelolaan kebun kopi yang lebih baik di masa mendatang.

(Foto salah satu kopi yang di budidayakan yaitu kopi Arabika, Sumber Kamera Probadi) 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline