Lihat ke Halaman Asli

jagad rawna

penjaga keluarga dari api neraka

Sulitnya Menjadi Guru untuk Anak Sendiri

Diperbarui: 23 Oktober 2020   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi covid 19 membuat tatanan atau pola hidup baru, biasanya setiap pagi kami orang tua  berangkat kerja dan anak -anak sekolah,sekarang kami sampai siang berkumpul dirumah. Orang tua banyak yg tidak bekerja dan anak-anak belajar dirumah. 

Satu sisi hal ini bermanfaat menjalin hubungan yang erat antar keluarga inti, disisi lain tingkat stres setiap anggota keluarga, bagaiman tidak stres, bapak-bapak pusing mikirin pendapatan yang berkurang, ibu-ibu pusing mengatur pengeluaran harian dan anak-anak pusing mengerjakan tugas sekolah. 

Sebagai orang tua yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan keguruan, pendampingan belajar di rumah untuk anak-anak sungguh merepotkan, ambillah contoh untuk mengajari anak matapelajaran matematika, bagaimana menjelaskan tentang bilangan prima, sungguh suatu hal yang sangat sulit, jika matematika itu hanya soal penjumlahan,pengurangan,perkalian dan pembagian tentu kami orang tua yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan guru akan sedikit mudah mengambil contoh ceritanya, namun bila sudah masuk aritmatika tentang faktor bilangan atau kelipatan persekutuan ini yang bikin pusing. 

Apa contoh cerita, atau persoalan apakah yang bisa dipecahkan dalam kehidupan kami sehari-hari dengan faktor bilangan? inilah salah satu kesulitan kami menjadi guru untuk anak sendiri, selain kami pusing dengan cara bertahan hidup, kami juga harus dihadapkan pada kondisi diluar kompetensi kami menjadi guru. 

Kondisi diluar konpetensi kami inilah yang membuat carut marut kehidupan, bagaimana tidak carut, jika kedlaliman menyertai kehidupan kita, dlalim disini saya artikan sebagai penempatan sesuatu bukan pada tempatnya, jika setiap keluarga dlalim, maka negara juga dlalim, karena negara merupakan akumulasi dari keluarga. 

Di lain sisi, kami menyadari betapa berat tugas seorang guru, ia dituntut mencerdaskan anak didiknya, dengan berbagai macam latar belakang, karakter, IQ anak didiknya, sungguh tugas yang sangat berat. 

Satu harapan yang bisa kami inginkan, yaitu pandemi covid 19 segera berakhir, kehidupan bisa normal, sehingga kami orangtua bisa fokus mencari nafkah, anak-anak kembali sekolah, sehingga tidak ada kedloliman yang menyertai kita. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline