Lihat ke Halaman Asli

Jafran Azzaki

Senang Menulis

Mengapa Kang Emil Masih Gamang?

Diperbarui: 4 Januari 2023   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ridwan Kamil, menunggu pinangan partai yang siap mengusungnya maju ke Pilpres 2024. (Foto: Suara.com).

RIDWAN Kamil masih membuat penasaran banyak orang. Ini terkait niatnya masuk partai. Kang Emil mungkin sudah lama menyadari, perjalanan karirnya ke depan akan lebih mulus jika dengan dukungan partai politik. Namun, pada akhirnya ia juga memerlukan waktu berpikir lebih lama untuk memastikan harus berlabuh di mana.

Maka, 2022 pun berlalu tanpa kesan. Setidaknya untuk para pendukungnya. Jutaan loyalis Kang Emil di seantero Jabar masih harus memperpanjang debar di hati lantaran panutannya masih belum juga memantapkan pilihan. Kang Emil pernah berjanji, penghujung 2022 adalah tenggat bagi keputusannya untuk berdamai dengan pilihannya.

Para loyalis dan publik tetap bertanya-tanya, mengapa Kang Emil masih terkesan gamang? Suatu ketika pernah mengemukakan kedekatannya dengan Golkar. Namun, pada lain kesempatan mengisyaratkan jika PAN juga berkenan di hati.

Kecuali dua partai yang sama-sama pengusung Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) tersebut, selain PPP, Kang Emil tidak pernah menyebutkan partai lain. Termasuk NasDem, partai besutan Surya Paloh, partai pertama yang mengusungnya untuk maju ke Pilgub Jabar 2018.

Kang Emil yang berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum yang diusung oleh koalisi NasDem, PPP, PKB dan Hanura, memenangkan Pilgub Jabar 2018 setelah mendapatkan 7.226.254 suara atau unggul dengan torehan 32,88 persen. Pasangan Ridwan-Uu unggul dengan selisih 4,14 persen dari pesaing terdekatnya, yakni pasangan nomor urut tiga, Sudrajat-Ahmad Syaikhu, dengan raihan 6.317.465 suara atau setara dengan hitungan 28,74 persen.

Kontestasi di Pilgub Jabar tidak konsideran dengan hasil perolehan suara partai pendukungnya pada Pemilu 2019. Pada Pileg 2019 itu, empat partai pengusung Kang Emil berada di luar urutan 4 besar. PKB paling baik posisinya, di urutan kelima, NasDem keenam, dan PPP kedelapan.

Gerindra melesat, memimpin dengan perolehan suara 17,69%, dibayangi PDIP (14,38%), kemudian PKS (13,46%) lalu Partai Golkar (13,22%).
 
Terjadi perubahan yang signifikan dibanding Pemilu 2014. Sebelumnya, untuk Pileg 2014 itu, PDIP menguasai medan dengan perolehan suara 19,63%, dibayangi Golkar (16,71%), lalu Gerindra (11,22 persen), Demokrat (9,11%), PKS (8,98%), PPP (7,70%), PKB (7,42%), PAN (6,56%), Hanura (5,48%), dan NasDem (4,89%).

Memang ada peningkatan perolehan suara untuk NasDem, dari Pileg 2014 ke Pileg 2019 pasca pengusungan Kang Emil setahun sebelumnya. Namun, kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan.

Merujuk pada Pemilu 2019, dengan daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 192.770.611 orang, pada Pemilu 2024 ada sekitar 206 juta orang yang mempunyai hak pilih. Jika dibandingkan pada Pemilu 2019, ada potensi kenaikan pemilih sekitar 14 juta orang.

Pada Pemilu 2019 itu, dari total 33.276.905 orang yang berhak memilih, tercatat hanya 24,42 juta orang yang menggunakan hak pilihnya. Kendati demikian, jumlah tersebut berkontribusi sebesar 17,44% dari total suara sah nasional yang mencapai 139,97 juta suara. Porsi ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan kontribusi 33 provinsi lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline