Lihat ke Halaman Asli

Jaenudin

Guru dan Pembelajar

Puisi Pilihan: Penyair Sialan

Diperbarui: 5 Februari 2024   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuan     : Bagi sajakku yang ranum. Kamu seumpama ibu menyusui kata-kata yang masih bayi.
Puan     : Jadi aku adalah alasan kamu bersajak, sejak jantung hatimu berdetak cepat, begitu aku dekat?
Tuan     : Begitulah, kata-kata. Bertambah jadi frasa, klausa, dan tak lupa diksi yang aku bisa. Oh ya, hampir terlupa, rima, irama agar mengena.
Puan     : Kamu bicara tentang apa? Aku, atau sajak-sajakmu?
Tuan     : Tentunya adalah kata-kata yang beranak pinak jadi sajak
Puan     : Jadi sajakmu, bukan aku? Jangan buat aku geer!
Tuan     : Tidak juga
Puan     : Lalu apa? Kamu mulai menyebalkan.
Tuan     : Dekatkan telingamu. Akan aku bisikan sesuatu.
Puan     : Sungguh, hidupmu penuh dengan siasat!
Tuan     : Dengarkan!
Puan     : Iya ini!
Tuan     : Aku mencintaimu sungguh.
Puan     : Tuh kan. Dasar kamu penyair sialan, Aku dua kali lipat mencintaimu, sungguh.

Cimahi, 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline