Tak ada yang lebih ambigu dari sebuah rindu. Rindu yang kerap kali mengganggu tidurmu.
Pada sekelopak layu mawar putih. Waktu itu pertemun yang selalu jadi misteri baku.
Pada gigilnya subuh kau belum jua beranjak bersua. Merapal segala kebaikan tentang kita.
Katamu "cinta ialah energi yang menghantarkan segala rasa, dari bentuk ataupun wujud dari rasa cinta tersebut"
Kataku "cinta ialah pengharapan dari segala doa yang menurut-Nya terpatri di lauful makhfudz"
Tak ada cinta paling bahagia selain cinta yang di ridoi-Nya.
Tak ada yang paling legam dari kehidupan,
selain hal yang tak diridoi-Nya.
Berulang kali kupasrahkan segala nanar yang telah menghujam.
Barangkali, cinta memang butuh energi.
Tetapi cinta lebih kepada hal yang harus terpatri dari jiwa dan raga yang harus terlampau jauh dari apa yang telah di tetapkan-Nya.
Bukankah cinta itu sebuah rasa?