Lihat ke Halaman Asli

Erie Jaegar

Ar-Rahman

Bunda Pertiwi Tertampar Gelombang Bergigi

Diperbarui: 24 Desember 2018   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com


Ketika gemercik air menjadi bencana
Tidak lagi indahkan sepasang bola mata
Melambai indah birunya lautan di bawah terik mentari
Memesona keheningan di saat senja tiba
Pun begitu eloknya lautan ketika malam kian legam
 
Kini ... menjadi momok yang ciptakan tangis dalam Negeri
Tertampar gelombang bergigi

Terbelenggu dalam duka
Terpancar dari sorot muka
Merintih, menangis, sesal dan lara
Ketika alam semesta muntahkan kecewa
Gelombang pasang sirnakan nyawa
Akankah manusia masih tetap ingin berdusta?

Samudra seluas sahara telah memperingatkan laranya menjadi duka untuk semesta
Masihkah ingin mendustai alam sejagat raya sesuka hati tanpa introspeksi

Wahai manusia, wahai Indonesia, marilah mencintai alam sejagat raya dengan menjaganya tanpa murka

Mengobati lebam di alam dengan keimanan yang mendalam
Jadikan Bunda Pertiwi tersenyum kembali
Seperti sediakala Indonesiaku tercinta!
Indonesiaku nan jaya!
Indonesiaku merdeka!

Indonesia Raya, 24 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline