Lihat ke Halaman Asli

Nafisah, 10 dari 12 Anaknya Jadi Dokter

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nafisah Ahmad Zen Shahab (64), mungkin salah satu orang tua yang sukses mendidik anak-anaknya. Pasalnya, mengingat usianya yang senja kini ia sedang menikmati buah dari perjuangannya saat bersama almarhum (alm) suaminya Alwi Idrus Shahab, mendidik anak-anaknya agar bermanfat untuk orang lain.

Alhasil keberhasilan anak-anaknya pun mengkagumkan. Sepuluh dari ke-12 anaknya sukses berprofesi sebagai dokter, sementara dua anak lainnya Durah Kamila (anak keempat) menekuni bidang desain dan Zainab (anak kedelapan) menjadi PNS di Kota Bumi Lampung.

Spesialisasi tujuh anaknya juga tidak tanggung-tanggung. Anak pertama, Dr dr Idrus Alwi meraih spesialisasi di bidang kardiovaskular, drg Farida Alwi menekuni bidang spesialisasi gigi, dr Shahabiyah MMR menjadi Direktur RSU Islam Harapan Anda di Tegal, dr Muhammad Syafiq SpPD spesialisasi penyakit dalam, dr Suraiyah SpA membidangi spesialisasi anak, dr Nouval Shahab SpU spesialisasi Urologi dan sedang menempuh pendidikan untuk gelar PhD di Jepang, dan dr Isa An Nagib SpOT membidangi Ortopedi.

Sementara tiga anak Nafisah lainnya masih bergelar dokter umum. Mereka dr Fatinah menjabat wakil direktur RS Ibu Anak Permata Hati Balikpapan, dr Zen Firhan dokter umum di Balai Pengobatan Depok Medical Service dan Sawangan Medical Center, dan dr Nur Dalilah dokter umum di RS Permata Cibubur.

Sebenarnya keluarga Nafisah bukan dari keluarga dokter. Nafisah dari lulusan SMA dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga sedangkan alm suaminya Alwi, bertitel sarjana muda Jurusan Ekonomi. Untuk membiayai pendidikan anak-anaknya, keluarga Nafisah mengandalkan keuntungan usaha milik suaminya yang memiliki toko dan membuka usaha sebagai pedagang batik di Kawasan Kota Palembang .

“Mengurusi anak-anak terasa berat saat suami pada 1996 meninggal dunia. Akhirnya usaha yang dijalankan suami, saya ambil alih untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Nafisah.

Nafisah dan alm Alwi memang mementingkan pendidikan ke anak-anaknya agar mengeyam pendidikan setinggi-tingginya. Baginya, sebanyak apa pun seseorang memiliki harta (warisan) tanpa ilmu rasanya tak akan berjalan baik terlebih kalau dalam satu keluarga memiliki anak yang banyak.

Untuk keseharian anak-anaknya, Nafisah dan alm suaminya sangat ketat mendidik anak-anak agar menjadi orang yang berguna untuk orang lain. Ia menceritakan, biasanya kala anak-anak masih sekolah mereka harus kembali ke rumah sebelum azdan Magrib kemudian setelah sholat Magrib mereka mengaji dilanjutkan belajar pelajaran sekolah.

Menurutnya, membesarkan 12 anak susah-susah gampang. Tuntutan perkembangan zaman yang cepat berubah seakan menuntut dirinya lebih hati-hati mendidik anak-anaknya agar terhindar dari pergaulan bebas. Sehingga wajar peraturan di rumah cukup ketat, seperti kalau anak-anak ada acara dengan teman-temannya malam hari, mereka biasanya pulang dulu menjelang Magrib.

Nafisah juga memberikan tips bagi orang tua dalam mendidik anak-anak, diharapkan jangan menggunakan cara kekerasan atau kata-kata yang tidak sopan. Diakuinya, anak merupakan titipan dari Allah yang harus dididik dengan baik. “Usahakan kalau anak berbuat kesalahan caranya dinasehati, bukan dengan kekerasan. Sehingga, anak juga akan tahu kesalahan yang diperbuatnya,” tukas nenek 32 cucu itu.

Di usianya yang sepuh, Nafisah masih tampak sehat. Indra pendengaran dan penglihatannya masih tajam. Ingatannya juga tetap kuat seperti saat berbincang dengan Majalah Muzakki menceritakan suka dan duka membesarkan 12 anak hingga menjadi sarjana sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline