Sekitar tahun 2011 atau 2012, istri saya punya teman perempuan yang sudah bersuami dan beranak. Panggilan teman tersebut, sebut saja MH. Sekarang saya dan istri tidak tahu mereka sekeluarga di mana, tetapi dahulu pernah ada kisah menarik.
Ceritanya, MH datang ke rumah. Waktu itu saya dan istri memang masih tinggal di PMI alias Pondok Mertua Indah. Meskipun namanya PMI, tetapi jangan donor darah di situ ya, tidak ada alatnya!
MH rupanya dalam kondisi sulit. Lebih tepatnya sulit keuangan. Dia minta HP Nokianya dibeli dengan harga yang murah.
Saya masih ingat, HP itu masih punya sistem operasi Symbian. Wah, kamu tahu apa tidak sistem operasi tersebut?
Dia ingin mendapatkan uang dengan cara yang cepat. Selain untuk kebutuhan keluarga, juga untuk pulang kampung. Dia mau balik ke Jawa.
Melihat dia sampai menangis dan mengiba-ngiba, akhirnya dengan rezeki yang ada, Alhamdulillah, kami pun berhasil membantunya.
Meskipun saya dan istri sudah punya HP, tetapi biarlah. Siapa tahu nanti bermanfaat juga itu barang, eh, barang itu.
Uang Pesangon
MH pernah bercerita bahwa pabrik atau tempat kerja suaminya ditutup. Kalau tidak salah begitu, nanti kalau salah, mohon diluruskan ya!
Suaminya mendapatkan pesangon dalam jumlah yang sangat lumayan. Mungkin sekitar 40 jutaan rupiah. Waow, mendapatkan uang sebesar itu, mereka menggunakannya untuk beli ini dan itu. Beli itu dan ini. Sampai akhirnya uang di tangan tinggal sedikit dan begitulah kenyataan yang ada. Menjadikan mereka harus meminta bantuan orang lain, padahal sebelumnya bergelimang uang.
Nah, uang pesangon semacam itu dimunculkan lagi wacananya beberapa hari ini.