Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa yang Nilainya Turun karena Kuliah Online, Salah Siapa?

Diperbarui: 29 Juni 2020   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi online learning | Photo by Sergey Zolkin on Unsplash (Unsplash.com/@szolkin)

Amanda merupakan salah satu mahasiswa di Padang dengan akun Twitter @amandajprr yang tweetnya viral dengan ribuan retweet beserta komentar. Keluh kesahnya akan menurunnya nilai yang diperoleh disampaikan melalui tweet "*****, kuliah online bukannya nilai makin bagus, malah makin *******. Kuota abis, ilmu ga dapet, tugas numpuk, begadang tiap hari tp nilai kek *****".

Tweet ini mendapatkan banyak dukungan dari mahasiswa lain yang juga mengalami nasib yang sama dari berbagai universitas. Lantas, salah siapa sampai kondisi ini bisa terjadi?

Online learning | sumber: Pixabay.com

Kalau kita melakukan analisis terhadap metode pembelajaran di Indonesia, bisa dilihat bahwa penerapan sistem e-learning sangat terlambat dibandingkan negara-negara lain. Begitu banyak universitas yang baru menggunakan e-learning ketika pandemi Covid-19 terjadi. Hal ini berlaku tidak hanya pada universitas swasta tapi juga universitas negeri.

Salah satu learning management system (LMS) yang paling populer di tingkat pendidikan tinggi internasional adalah Moodle. Moodle telah dirilis sejak tahun 2002 tapi masih banyak universitas di Indonesia yang belum menggunakannya sebelum Covid-19 terjadi. Hal ini membuat dosen sebagai pengajar belum terbiasa menyelenggarakan perkuliahan menggunakan sistem e-learning berbasis Moodle.

Tidak hanya dosen, pimpinan universitas juga masih banyak yang kebingungan dalam menerapkan sistem pembelajaran e-learning secara efektif. Hal ini memang sangat merugikan bagi mahasiswa karena curhatan Amanda tidak mungkin viral jika sistem pendidikan tinggi di Indonesia telah dengan baik dapat menjalankan sistem pembelajaran secara online.

Dosen yang belum terbiasa menjalankan perkuliahan secara online pada umumnya hanya mengupload materi baik dalam bentuk pdf, word ataupun power point tanpa disertai dengan penjelasan tentang materi yang diupload. 

Hal ini membuat mahasiswa yang seharusnya perlu dibimbing untuk memahami materi tersebut tidak dapat memahami materi secara maksimal. Sebagai hasilnya nilai yang diperoleh mahasiswa akhirnya menurun jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh ketika mereka belajar secara tatap muka di kampus.

Hal ini diperparah dengan pemahaman dosen yang menggantikan tugas sebagai penjelasan yang harusnya diberikan sehingga dosen cenderung memberikan tugas secara berlebihan karena dianggap mahasiswa harus mengerjakan tugas tersebut sebagai pengganti waktu belajar yang harusnya dihabiskan jika ada penjelasan dari materi tersebut.

Tentunya hal ini juga sangat merugikan mahasiswa karena jika semua mata kuliah yang diambil mahasiswa tersebut menerapkan sistem yang sama, maka mahasiswa dipastikan akan mendapatkan tugas secara berlebihan dan akan menguras tenaga dan pikiran mahasiswa tanpa adanya bantuan yang diberikan oleh dosen berupa penjelasan mengenai materi terkait.

Seharusnya, setiap universitas perlu dengan serius melakukan pelatihan kepada dosen agar dapat menggunakan LMS seperti Moodle agar dapat menjalankan perkuliahan secara online dengan efektif. Selain itu, penggunaan Moodle tidak hanya harus disosialisasikan tapi juga perlu ditunjang dengan infrastruktur pendukung yang juga harus dipahami untuk mengurangi hambatan yang bisa terjadi.

Jika Moodle bisa dijalankan secara optimal, maka seharusnya komplain dari mahasiswa seperti Amanda bisa dikurangi secara signifikan. Hal ini didasarkan pada kemampuan Moodle yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam melakukan pembelajaran. Manfaat yang pertama yang bisa diperoleh adalah kemudahan dalam mengakses materi yang diberikan dosen. 

Dosen harusnya mengupload video rekaman hasil pengajaran mengenai materi yang diupload sehingga mahasiswa bisa menonton video tersebut berkali-kali jika diperlukan untuk memahami materi yang diberikan. Hal ini tentunya sangat bermanfaat karena sistem tatap muka tanpa perekaman tidak dapat diulang di rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline