Lihat ke Halaman Asli

YAKOB ARFIN

TERVERIFIKASI

GOD LOVES TO USE WHO ARE WILLING, NOT NECESSARILY THE CAPABLE

Alasan Sate Madura Ada di Segala Tempat

Diperbarui: 17 September 2017   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DOKUMENTASI PRIBADI

"Siapa yang pernah ke Madura? Ayo ngacung!"

Saya sudah pernah. Lebih dari sekali. Berkali-kali. Minimal setahun sekali. Hanya untuk mencicipi rasa asli Sate Madura rasa original ayam dan juga sapi. Kenapa tidak di Jakarta saja? Kenapa jauh-jauh ke sana? Toh di Kebayoran Lama juga banyak Sate Madura. Di Palmerah Selatan, apalagi.

Lucunya, di Madura tak ada tulisan "Sate Madura" di gerobak-gerobak abang sate yang komplit dengan kipas bambunya. Seperti halnya di Sumatera Barat, tak ada label " RM Padang" saat kita bertandang ke Kota Padang.

Saya pun penasaran, kenapa Orang Madura bisa tersebar di mana-mana? Sate dan soto selalu identik dengan Madura (selain Sate padang tentunya). Melanjutkan rasa ingin tahu impulsif, saya "iseng" keliling Kota Bogor mencari jawabannya. Bogor, sebagai salah satu sampel untuk mengeruk hipotesa yang berkeliaran di kepala.

Dalam penelusuran ini, saya menemukan sebuah konsep menarik sebagai pijakan berpikir. Cendekiawan menyebutnya dengan istilah "Modal Sosial." Modal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan sate dan soto Madura bertebaran di mana-mana.

Singkatnya Begini

Madura, pulau yang cukup panas. Terik banget. Bikin sweating deh pokoknya.

Secara ekologis,  Madura kekurangan tanah vulkanis. Tanahnya campuran pasir kuarsa dan mineral lainnya yang mudah digerogoti erosi oleh air selama musim penghujan dan oleh angin selama musim kemarau. Ini menjadi faktor pendorong orang Madura berduyun-duyun bermigrasi ke berbagai kota di Indonesia.

Arus Migrasi Orang Madura (secara mmum) sejak 1930. Diolah dari Werkschema Reboisatie Madoera, De Vries. (Sumber: http://mahallism.blogspot.co.id)

Dalam kasus Kota Bogor, riwayat jalur migrasi mereka cukup unik. Ide-ide dan cerita menarik yang dibawa perantau yang pulang ke kampung halamannya membuat sanak saudaranya terkesima. Wowww!!! Apalagi setelah melihat sendiri kesuksesan saudaranya yang sudah lebih dulu merantau ke Bogor dengan berjualan soto maupun sate. Perlu dicatat, budaya pulang kampung ini biasa mereka sebut dengan istilah "toron" yang artinya 'turun'.

Satu pergi, seribu lainnya pun mengiringi. Ini yang kemudian saya juluki dengan istilah 'Migrasi Berantai'.

Hubungan kuat yang berbasiskan persaudaraan, pertemanan dan pertetanggaan yang dimiliki oleh orang Madura merupakan faktor penting berlangsungnya migrasi berantai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline