Lihat ke Halaman Asli

YAKOB ARFIN

TERVERIFIKASI

GOD LOVES TO USE WHO ARE WILLING, NOT NECESSARILY THE CAPABLE

Tamara Geraldine: Orang Bilang Kamu Cuma Remah-remah, Kata Dia Kamu Istimewa

Diperbarui: 30 Oktober 2016   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena berbagi bukan melulu sedekah, senantiasa berbuat baik adalah jalan termudah dan termurah. Mengembalikan anugerah sebelum Kita dan Sang Pemberi

"Apa ia agen asuransi?" pikirku agak skeptis sembari mengingat-ingat wajahnya yang berlalu lalang.

Petang itu, Minggu (23/10), ku rapikan isi tas dan siap beranjak pulangmeninggalkan The Hall Senayan City. Baru dua langkah, jabat tangannya membuatku terhenti. 

"Hai, aku digerakkan untuk memberikan ini. Segera kirim emailmu ke sini ya," pintanya dengan mimik ragu sambil menyerahkan sekeping kartu nama.

"Terimakasih kak," jawabku ragu menerima kartu itu sambil ngeloyor pergi dengan sedikit kuatir disodori dan kejaran agen asuransi.

Di halte sambil menunggu bis kuning Koantas Bima jurusan Ciputat- Tanah Abang, kubolak-balik kartu itu. Alkemis Diksi Tee atas nama Tamara Geraldine tertulis di lembar itu.

"Ah, barangkali ini Tamara versi lain," pikirku sangsi. Toh, aku bukan siapa-siapa. Ngefans fanatik sama seleb pun bukan pilihanku, kecuali Desi Anwar, news anchor senior milik CNN Indonesia.

Meski ragu, tiga hari kemudian akhirnya ku tinggalkan pula kontak pribadiku dan menyapa singkat di email itu. Selang sehari, ia pun mengajak ngopi di kawasan SCBD, Sudirman.

Salah satu sudut Blümchen Coffee, Sudirman (Foto: YAKOB ARFIN)

Betul rupanya. Ditemani secangkir teh panas dan toast tuna, kami berbagi cerita dengan cukup hangat. Tak ada obrolan yang terlalu serius, kecuali sedikit profilnya dan kegamanganku yang ia kukuhkan soal makna hidup.

"Barangkali orang lain menilai hidupmu hanya sebagai remah-remah. Tapi untuk Dia, Si Empunya hidup, kamu istimewa," ujar Tamara (42) yang kupanggil kak Tee ini.

Ya, sebelumnya aku memang sedikit berbagi tentang kejemuan yang menerjangku sejak akhir 2013 lalu. Dan untuk langkah berikutnya, itu yang tak pernah ku ketahui dengan pasti.

Sejenak menyimak sekelumit proses yang ia alami, aku seolah melihat cerminku sendiri.

"Kalau Ia menghendakimu 'selesai' sejak 2013 lalu, bisa saja Ia mempercepat itu dari dulu. Tapi bila sampai sekarang kamu masih ada, itu berarti ada satu hal besar yang harus kamu selesaikan. Ia menunggumu, dan sangat mengasihimu," katanya menatapku sambil mengaduk pelan secangkir Cappuccino.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline