Meningkatnya jumlah dan kualitas pelaku kriminal, perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan elemen masyarakat. Khusus bagi umat Kristen di Sulawesi Utara (Sulut), pemuka agama memegang peran penting dalam menasihati masyarakat sesuai ajaran agamanya masing-masing.
Di tulisan ini, saya sengaja memfokuskan diri pada tindakan pemuka agama Kristen, dalam memberikan edukasi kepada jemaatnya. Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) misalnya, merupakan organisasi keagamaan yang menjadi barometer edukasi gerejawi, karena memiliki jumlah anggota jemaat terbesar setelah gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
Saya bukan petinggi di GMIM dan juga bukan pendeta. Sebagai anggota jemaat di GMIM Tareran Minahasa Selatan, edukasi terhadap para remaja Kristen se-Sulut masih jauh dari yang diharapkan. Fakta ini dapat terlihat dari jumlah korban kriminal, yang sebagian besar berasal dari kelompok remaja dan kelompok pelaku usia dewasa yang sudah melakukan tindak kriminal sejak usia remaja.
Memang saya akui, belum ada penelitian terkini tentang latar belakang agama dari narapidana yang mendekam di lembaga pemasyarakatan di Sulut, karena kesadaran para napi untuk intens beribadah biasanya muncul setelah berada di dalam penjara. Dalam kacamata sosiologis, kelompok remaja dihadapkan oleh persoalan sosial, yakni pergaulan bebas, tawuran, pesta miras dan narkoba serta tindak kriminal lainnya.
Sebagai gereja terbesar di Sulut, saya mengapresiasi adanya rangkaian kegiatan Hari Persatuan Remaja (HPR) GMIM ke-22 di Manado beberapa waktu lalu. Kegiatan ini, setidaknya mampu mencerahkan paradigma para remaja yang menjadi warga GMIM sejak mereka dilahirkan. Remaja adalah kelompok usia yang cukup rentan terhadap perubahan di lingkungan sekitar, sehingga dibukanya ruang publik remaja di kegiatan HPR GMIM mendapat sambutan antusias.
Sejumlah kegiatan kerohanian digelar pada HPR GMIM ini, seperti konser musik rohani, cerdas-cermat Alkitab, lomba pidato berbahasa Inggris dan perlombaan olah-raga. Selain konser rohani yang menyedot perhatian 20 ribu remaja, salah satu yang cukup menarik dalam rangkaian acara tersebut, yakni perlombaan Cerdas Cermat Alkitab. Di sini, kecepatan dan ketajaman intelektual remaja diuji, sedangkan para penonton terhibur oleh jawaban yang disampaikan oleh para remaja yang tampil.
Perlombaan ini dimenangkan oleh Tim Cerdas Cermat Alkitab GMIM Paulus Titiwungen Wenang Mahakeret. Tiga remaja terbaik masing-masing Christy Klaas, Andre Kolondam, dan Athalia Klaas menjadi yang terbaik pada lomba di kategori Taruna Seri A. Para remaja di GMIM Paulus ini, memang masih tampil dominan di event Cerdas Cermat Alkitab yang digelar setiap tahunnya.
Saya percaya, kegiatan HPR GMIM ini dapat mengarahkan para remaja Kristen, untuk dapat bersikap dalam membentuk jati dirinya masing-masing. Sehingga mereka akan sadar, bahwa kelompok usia remaja itu bukan sebatas anggapan ‘kelompok anak dewasa’ atau ‘kelompok belum dewasa’, melainkan kelompok remaja. Remaja adalah remaja, dan marilah kaum dewasa mendukung mereka berkarya di usianya.
Salam Kompasiana!
Foto: Tiga remaja terbaik masing-masing Christy Klaas, Andre Kolondam, dan Athalia Klaas mampu menjadi yang terbaik pada lomba di kategori Taruna Seri A Lomba Cerdas Cermat Alkitab pada Hari Persatuan Remaja (HPR) GMIM ke-22 di Manado. (Tribun Manado)
Jackson Kumaat on :
| Kompasiana | Website | Facebook | Twitter | Blog | Posterous | Company | Politics |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H