Lihat ke Halaman Asli

Mari Membaca Buku : [Seandainya] Dahlan Iskan [Jadi] Presiden

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="484" caption="Dahlan Iskan ada di mana-mana: Yang pasti bisa dijumpai di Toko Buku Gramedia. (Foto: jackson kumaat)"][/caption]

Saya kembali membeli buku terbaru Dahlan Iskan. Sebelumnya, saya sudah melahap tujuh buku terakhir dari Dahlan Iskan. Ternyata, masih ada lagi buku terbitan Dahlan. Judulnya, [Seandainya] Dahlan Iskan [Jadi] Presiden. Buku setebal 190 halaman terbitan September 2012 ini, mengisahkan ‘secuil’ perjalanan hidup Dahlan yang ditulis oleh seorang jurnalis.

Apa hebatnya buku ini bagi saya? Sambil tersenyum, saya menulis kata demi kata di bawah ini.

Pertama, judul buku ini ‘nyaris’ mirip judul tulisan saya di www.kompasiana.com yang berjudul Seandainya Dahlan Iskan Presiden RI 2014-2019, yang saya tulis pada tahun lalu, tepatnya 4 November 2011. Bedanya, sang penulis buku Agung Pamujo mengenakan tanda kurung kotak ‘[]’ pada kata ‘seandainya’ dan ‘jadi’. Sedangkan saya tegas menyebut ‘Seandainya Dahlan Iskan Presiden RI 2014-2019’ tanpa tanda kurung. (Sebenarnya, saya bertanya-tanya, apa sih bedanya tanda kurung ‘[]’ dan tanda kurung biasa ‘()’). Meski isinya berbeda, tentu saya boleh berbangga diri (sejenak), judul tulisan saya menjadi judul buku untuk Dahlan Iskan.

Kedua, saya sengaja menulis tulisan ini, menyusul banyaknya tanggapan pada tulisan saya di Kompasiana sebelumnya berjudul Dahlan Iskan Vs Prabowo Subianto. Tulisan ini dibaca (sampai 8 Oktober 2012) hampir mencapai 4ribu user/orang. OMG! Tulisan saya ini kan tak dimuat di Headline, tapi kok yang membaca sampai sekampung. Berdasarkan pengalaman saya dulu, tulisan Headline biasanya di kisaran 1.000 hingga 2.000 viewer. Saya tak henti-hentinya berpikir, apa sih bagusnya (judul) tulisan saya. Lha wong, saya aja baru belajar menulis beberapa tahun terakhir. Tentu, tulisan saya tak lebih baik dari sesepuh di Kompasiana ini, seperti Kang Pepih Nugraha dkk. Hehehe..

Jika boleh saya mengambil kesimpulan dini, mungkin tulisan itu sangat ‘seksi’ untuk dibaca saat ini, khususnya menjelang Pemilu 2014. Apalagi, banyak orang ingin mencari tahu sepak terjang calon pemimpin menurut versi mereka masing-masing.

Nah ketiga, buku di atas menurut saya cukup menarik, karena ditulis oleh seorang jurnalis yang pernah menjadi anak buah Dahlan Iskan. Sang penulis saat itu adalah wartawan Jawa Pos, sedangkan Dahlan adalah Pak Boss-nya. ‘Menarik’ di sini oleh karena banyak hal, yakni kesederhanaan, berani bersikap, reaktif dan peduli sesama. Mungkin, sikap-sikap tersebut yang tak ada di dalam diri pemimpin negeri ini (saat ini).

Sebagai Pak Boss para jurnalis di Jawa Pos kala itu, Dahlan Iskan mampu menunjukkan kesan yang mendalam bagi anak-anak buahnya. Kesan positif ini mampu terekam di benak sang penulis buku ini, hingga akhirnya ia menerbitkan buku tentang kehidupan Dahlan Iskan. Yang saya tahu, setiap jurnalis tentu memiliki berbagai pengalaman tak terlupakan ketika meliput berita, bekerja dalam tim maupun kala berhadapan dengan birokrasi.

Sebagai penutup, bagi saya catatan perjalanan Dahlan Iskan yang dituangkan ke dalam buku ini sangat diperlukan sebagai bahan rekam jejak (track record) calon presiden. Popularitas Dahlan Iskan dalam setahun terakhir sejak menjadi Menteri BUMN perlu diperhitungkan oleh kawan dan lawan politiknya, terlebih survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research&Consulting (SMRC) pada September 2012, mencatat capres terpopuler dan memiliki elektabilitas Dahlan Iskan yang dari awalnya 0 persen lalu naik tajam hingga 5,6 persen, di bawah Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Megawati Sukarnoputri dan Jusuf Kalla (Baca tulisan saya sebelumnya: Kenaikan Popularitas Dahlan Iskan Tak Terbendung).

Nah, satu bulan setelah buku terbaru Dahlan ini terbit dan dibaca banyak orang, bisa jadi ada perubahan persentase survei. Seandainya memang benar-benar populer dan dianggap mampu, masak kita tega mau menolak Dahlan Iskan menjadi calon presiden 2014?

Salam Kompasiana!

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Buku terbaru Dahlan Iskan (foto: jackson kumaat)"][/caption]

Jackson Kumaat on :

My Blog KompasianaWebsiteFacebookTwitterPosterousCompanyPolitics |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline