Lihat ke Halaman Asli

Kenaikan Popularitas Dahlan Iskan Tak Terbendung

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

”Dahlan Iskan melompati Mahfud dan Bu Ani”. Begitulah sub-judul yang terpampang di headline Koran Rakyat Merdeka terbitan 24 September 2012. Judul utamanya adalah ‘Ical Samai Megawati’.

Berita tersebut sebenarnya sudah terbilang basi. Apalagi, berita itu merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research&Consulting (SMRC), bersamaan dengan survei Pilkada DKI Jakarta. Respondennya pun warga di Jakarta berjumlah 501 orang. Meski belum dibilang akurat 100 persen, tapi setidaknya survei ini bisa menggambarkan persepsi masyarakat Indonesia.

Sepertinya, surat kabar ini agak lebay dari biasa. Karena, berita halaman satu itu isinya yang terbaru. Tapi, kali ini ingin meracik kembali ‘berita sampah’ menjadi ‘berita daur ulang’ yang cukup menarik disimak.

Hasilnya membuktikan, puncak calon presiden (capres) dipegang oleh Prabowo Subianto (19,1%). Aburizal Bakrie dan Megawati Sukarnoputri berada di posisi kedua dan ketiga dengan perolehan beda tipis. Posisi keempat dipegang oleh Jusuf Kalla. Nah, uniknya ada capres yang popularitasnya naik tajam, yakni Dahlan Iskan sebesar 5,6 persen.

Di tulisan saya sebelumnya, saya mengibaratkan figur Dahlan yang menyerupai Jokowi, Gubernur Jakarta terpilih versi quick qount. Ini dia alasan saya menganggap ketokohan Dahlan Iskan yang mirip dengan Jokowi. Sama seperti Jokowi di Pilkada Jakarta, sosok Dahlan Iskan yang juga sangat dekat dengan rakyat seperti Jokowi, bisa berpeluang menjadi kuda hitam di pilpres 2014. Sebelum menjabat sebagai Menteri BUMN, Dahlan Iskan belum masuk dalam bursa survei capres. Tapi setelah ia bekerja lebih giat ke daerah, persentasenya meningkat dari 0% menjadi 5% saat ini. Luar biasa!

Bahkan, sejumlah pengamat mengungkapkan, Dahlan Iskan bisa mengulang fenomena Jokowi di pilpres 2014, asalkan mempermudah persyaratan pengajuan capres.


Bagi saya, Jakarta adalah barometer kekuatan politik nasional. Cermin kemenangan Jokowi pada Pilkada, bukan tak mustahil akan terjadi pada setiap sosok yang gayanya mirip. Banyak kalangan termasuk saya, menganggap gaya Dahlan mirip dengan Jokowi, seperti terjun langsung ke tengah masyarakat tanpa adanya rekayasa protokoler.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, Dahlan kerap tiba-tiba mengunjungi sejumlah kampong, berada di terminal, pasar dan komunitas masyarakat, yang ingin didengar aspirasinya. Tampaknya, Dahlan paham betul kondisi lemahnya legislasi di daerah, sehingga bisa ia mainkan eksekusinya sebagai menteri BUMN.

Sebagai penutup, saya selalu beranggapan kekuatan Dahlan ada di media massa. Hingga kini, tulisannya selalu muncul setiap hari Senin di media grup Jawa Pos. Sepertinya, ada dukungan dari para jurnalis Jawa Pos Grup untuk mengawal kepentingan mantan pemimpin redaksi mereka di pemerintahan. Dan, jika ‘virus’ ini tertular ke banyak media, maka bukan tak mustahil popularitas Dahlan terus meningkat tanpa harus membayar pemasangan baliho atau iklan di televisi. Wartawan mana sih yang tak mendukung rekan seprofesinya menjadi capres?

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on :

My Blog KompasianaWebsiteFacebookTwitterPosterousCompanyPolitics |




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline