Lihat ke Halaman Asli

Mimpi Saya di Ukraina

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="" align="aligncenter" width="566" caption="Mimpi saya yang menjadi kenyataan, menyaksikan pertandingan sepakbola di luar negeri. Mimpi saya berikutnya adalah membawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia. (Foto : Donbas Arena, Ukraina)"][/caption]

Siapa pun boleh bermimpi. Dulu, saya pernah bermimpi untuk menonton langsung pertandingan sepak bola kelas dunia. Puji Tuhan, akhirnya kesampaian. Dan kini, mimpi saya ingin membawa anak-anak Sulawesi Utara untuk membawa Indonesia ke ajang Piala Dunia.

Usai menyaksikan langsung pertandingan semifinal Piala Eropa 2012 antara kesebelasan Portugal dan Spayol, saya mencari tahu bagaimana pemerintah Ukraina mampu membangkitkan olah raga sepak bola. Padahal, Ukraina adalah pecahan dari negara Uni Soviet, yang sedang membangun sistem perekonomian dan politiknya.

Saya cukup takjub dengan Stadion Donbas Arena, yang menjadi saksi bisu keperkasaan Spanyol atas Portugal. Tapi di balik itu semua, stadion megah ini berdiri karena adanya komitmen dari pemerintah dan dukungan masyarakat dalam memajukan dunia olah raga. [Baca tulisan saya: Sekejab Mata di Donbas Arena]

Tentunya, dukungan dari masyarakat sangat menentukan dalam pengembangan sepak bola. Apalagi, dalam dunia olah raga ini, sepak bola sudah dijadikan industri. Ketika saya pernah bertemu dengan Presiden FIFA Joseph S Blatter dan Presiden UEFA Michel Platini beberapa waktu lalu, mereka berdua sangat mendukung Indonesia untuk membenahi persoalan internal PSSI. ”Jangan sampai kisruh lagi,” kata Blatter.

Itulah yang mendorong saya ingin terjun langsung ke dunia olah raga dan kepemudaan. Saya sangat berharap, dengan dipercaya menjadi ketua PSSI cabang Manado mulai tahun ini, setidaknya bisa menciptakan bibit-bibit baru pemain sepak bola, yang nantinya akam membawa Indonesia ke pentas nasional. Mudah-mudahan, di antaranya akan tampil membawa Merah-Putih berlaga antar-negara.

Tiga bulan terakhir, saya memberi dukungan finansial untuk kegiatan kompetisi usia 12 tahun, 15 tahun, dan 18 tahun yang digelar antar-kampung. Dengan usia mereka yang masih belia, saya yakin nantinya mereka akan terbiasa berkompetisi di lapangan sepak bola standar internasional yang ada di Stadion Klabat Manado.

Sekali lagi inilah mimpi saya. Melalui kompetisi usia belia, talenta-talenta pemain sepak bola akan terjaring. Dan dengan sendirinya, ini akan berproses untuk mengembalikan kejayaan sepakbola Manado. Jika nantinya Sulut sudah mampu mengembangkan teknik dan trik sepakbola sekelas pemain asing, maka tinggal tunggu waktu saja kehadiran kami di Piala Dunia.

Jackson Kumaat on :

My Blog KompasianaWebsiteFacebookTwitterPosterousCompanyPolitics |




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline