[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Wajah reshuffle kabinet SBY-Boediono. (Ilustrasi KOMPAS IMAGES)"][/caption]
Sejumlah orang saat ini sedang H2C alias ‘Harap-harap Cemas’ menjelang pengumuman reshuffle kabinet SBY-Boediono. Betapa tidak, media sudah membocorkan nama-nama yang bakal duduk di kursi empuk hingga 2014. Ada pula yang ngambek tak ngantor, lantaran namanya terpental dari bocoran tersebut.
Bagi yang nubie (orang baru), pemanggilan ke kediaman Pak Beye di Cikeas tentu merupakan kebanggaan. Jangankan memasuki kawasan Cikeas yang berlapis-lapis pengamanannya itu, ketika ponsel Sang Calon Menteri berdering dari nomor hape Pak Sudi Silalahi saja, sudah bisa membuat jantung berdegup kencang. Lain lagi dengan petinggi PKS, yang benar-benar dibikin H2C menjelang pengumuman reshuffle. Tampaknya benar-benar pasrah menanti jam 8 malam pengumuman resmi dari Pak Beye.
Nah, ada bocoran yang dilansir Kompas.com menarik perhatian saya, Letjen (Purn) Evert Erenst Mangindaan, yang menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-PAN), digadang-gadang menjadi calon Menteri Perhubungan menggantikan Freddy Numberi. Sementara itu, beberapa media dan info dari BBM (Blackberry Masanger), menyebut Mangindaan sebagai calon Menko Kesra menggantikan Agung Laksono.
Info ini memang belum A1, alias belum final. Apalagi, keputusan akhir tetap pada Pak Beye, selaku pemilik hak prerogatif. Siapa pun yang nanti diumumkan dalam reshuffle belum ada yang final. Publik yang penasaran termasuk saya, cuma bisa menanti kehadiran Pak Beye dari rombongan usai acara kondangan di Yogyakarta.
Siapakah EE Mangindaan?
Dalam reshuffle kabinet kali ini, posisi Om Mangindaan bagaikan sebuah kartu Joker yang dimainkan. Teman dekat Pak Beye selama pendidikan di Akabri itu, tampil berada di atas angin. Posisi Menko Kesra atau Menhub sama-sama sebagai posisi strategis. Kedua posisi itu merupakan posisi menentukan di akhir karir periode kedua Pak Beye. Bisa jadi, menentukan bagi pencitraan masa depan Partai Demokrat di 2014 mendatang.
Mangindaan mengawali karir tentaranya sebagai Danton di Aceh pada tahun 1965, Pangdam VIII Trikora 1991 - 1993, Dan Seskoad TNI AD Bandung tahun 1993 - 1995 ini. Selepas dari tentara, suami Adelina Tumbuan ini, malang melintang di panggung politik. Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) dijabatnya pada 1995 - 2000, menjadi penasehat Presiden bidang Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia pada 2000-2001, dan selanjutnya tahun 2004-2009 menjadi anggota DPR. (Sumber: ada di sini)
Saya punya pengalaman pribadi dengan Pak Mangindaan di awal Reformasi 1998. Kala itu, sebagian kalangan mempertanyakan eksistensi keutuhan NKRI. Pak Mangindaan yang menjabat sebagai Gubernur Sulut menolak rencana pembentukan Negara federal, meski saat itu sejumlah daerah mengeluhkan sentralisasi yang terbentuk di sejak pemerintahan Orde Baru.
Bagi sebagian warga di kabupaten Minahasa Selatan Sulut, sosok Mangindaan cukup familiar dengan olah raga sepak bola. Ia merupakan motor penggerak sepak bola di Sulut, sebelum Gorontalo memisahkan diri dan menjadi provinsi. Sering, ia singgah di desa-desa untuk membagi-bagikan bola kepada anak-anak muda. Mungkin dengan cara ini, dianggap efektif untuk menghindari generasi muda dari narkoba dan cap tikus (minuman keras khas Minahasa).
Tak sedikit anak muda di era kepemimpinannya yang mengenal sosok Mangindaan. Di kampus Universitas Sam Ratulangi Manado, ia dikenal berdebat dengan mahasiswa dan dosen. Sangat jarang figur seperti ini.
Bagi saya, Mangindaan bukan saja pintar bermanuver politik. Selepas out dari Partai Golkar dan kemudian bergabung ke Partai Demokrat, ia lebih sering menjauhkan diri dari pers. Pak Beye tampaknya belum memasangkan Mangindaan dalam kabinet 2004, karena tenaganya dibutuhkan sebagai think-thank Cikeas.
Entah, apakah ia mampu bekerja di posisi barunya, jika namanya diumumkan. Kantor Menko Kesra dan Kementerian Perhubungan sangan membutuhkan pemimpin yang cerdas dan berani. Ada banyak tugas yang harus diselesaikan. Untuk soal ini, akan saya bahas di tulisan berikut, sekali lagi, jika ia terpilih masuk di cabinet hasil reshuffle. Dan terakhir, tulisan saya ini, tak ada kaitannya dengan kegiatan politik yang saya lakukan. Semoga bisa objektif.
Salam Kompasiana!
Jackson Kumaat on : Kompasiana | Facebook | Twitter | Blog | Posterous | Company | Politics
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H