Lihat ke Halaman Asli

Doa Sang Ayah untuk Angelina Sondakh

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="" align="aligncenter" width="587" caption="Prof Lucky Sondakh (kiri), bersama Rektor Unsrat Donal Rumokoy (tengah) dan Gubernur Sulut SH Sarundajang (foto: FB Lucky Sondakh)"][/caption] NASIB Anggota DPR dari Partai Demokrat Angelina Sondakh, masih di ujung tanduk. Status tersangka yang disandangnya dalam kasus dugaan korupsi Wisma Atlit, tak saja berpengaruh secara psikologis bagi anak-anaknya hasil pernikahan dengan almarhum Adji Massaid, tapi juga berdampak pada keluarganya di Manado Sulawesi Utara.

Bagi warga Sulawesi Utara, nama Angie (panggilan akrab Angelina Sondakh) dikenal cukup familiar. Sejak Angie menjadi Putri Indonesia 2001 asal Sulut, berhasil mengubah paradigma masyarakat, bahwa tak semua gadis Manado tak hanya berbekal kecantikan, tapi juga kepandaian (inner beauty).

Setelah masuk Partai Demokrat pada 2004 dan pendukung Pak Beye, Angie kembali terpilih menjadi anggota DPR kedua kali pada 2009. Angie kembali menjadi buah bibir, ketika ia kedapatan berpacaran dengan Adjie Massaid, artis yang menduda. Mereka akhirnya menikah, setelah Angie menjadi mualaf atau pindah agama menjadi Islam. Padahal, keluarga besar Angie adalah penganut Kristen dari gereja GMIM.

Lantas, bagaimana reaksi keluarga setelah Angie menjadi tersangka kasus korupsi?

Mungkin banyak menyangka termasuk saya, bahwa keluarga Sondakh di Manado akan membiarkan Angie sendirian. Ternyata tidak. Sang Ayah, Prof Lucky Sondakh, justru pasang badan membela anaknya. Bahkan, Mantan Rektor Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado ini, mendoakan Angie. Tak ada istilah ‘anak durhaka’ bagi mereka.

Sedikit latar belakang untuk Prof Lucky Sondakh yang saya kenal, beliau adalah salah satu guru besar di Fakultas Peternakan Unsrat yang dikenal kritis. Di era Reformasi’98, tak banyak dosen Unsrat yang ‘berani’ mendukung perubahan. Mungkin dengan latar belakang ilmu ekonomi dan gelar Ph.D dari University of New England Australia, membuatnya tak takut menyuarakan reformasi.

Sebagai orang yang pernah aktif di Sinode GMIM (gereja terbesar di Sulut), Prof Lucky Sondakh dikenal sebagai penganut Kristen yang taat. Di saat dirinya ‘diserang’ media infotainment menjelang pernikahan anaknya secara Islam, ia pun tetap bersikukuh bahwa Angie adalah seorang anak yang baik.

”Mungkin ini salib yang harus ditanggung anak kami Angie, dan kami tetap mendoakan supaya dia diberikan kemampuan menghadapi semua ini. Kami juga selalu mendoakan Anda sekalian, termasuk yang menghina kami. Saya pribadi mengucapkan terima kasih baik kepada yang mendukung kami maupun yang mencerca, ” kata dia kepada beritamanado.com.

Jika ada yang bertanya, kenapa Prof Lucky tak ‘mengutuk’ anaknya, menurut saya itu karena ajaran cinta kasih yang tertanam di dirinya. Ia tetap mencintai keluarganya meskipun kini telah mengambil jalan berbeda. Sang Ayah itu pun tetap mendukung anaknya, meski saat ini terjatuh.

Dan terakhir, saya ingin mengutip kutipan favorit di Facebook Prof Lucky, ‘Love ends when you stop caring. Life ends (spiritualy) when you stop dreaming’.

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on :

KompasianaWebsiteFacebookTwitterBlogPosterousCompanyPolitics |




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline