Lihat ke Halaman Asli

Sri Mulyani Meroket di Jajak Pendapat Kompas

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_129318" align="aligncenter" width="640" caption="Hasil Jajak Pendapat KOMPAS: Menakar Sosok Calon Presiden, di Harian Kompas (15 Agustus 2011) halaman 5. Responden berjumlah 828 di 12 kota besar Indonesoa, yang disurvei via telepon pada 10-12 Agustus 2011. Gambar tabel ini merupakan hasil scan dari koran Kompas, karena tidak tersedia di situs www.kompas.com"][/caption] Ada yang menarik di Koran Kompas hari Senin (15/8/2011), khususnya di halaman 5. Di rubrik Politik & Hukum itu, ada hasil Jajak Pendapat Kompas, berjudul Menakar Sosok Calon Presiden.

Di tulisan Litbang Kompas tersebut, nama mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani (SMI) tampil di urutan teratas bersama tiga tokoh lainnya yang paling dikenal oleh responden. Ini menarik bagi saya, karena dalam beberapa tahun terkahir, SMI tak pernah hadir di hadapan publik secara langsung. Kalau pun SMI hadir di Tanah Air, itu dalam kapasitasnya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Berbeda dengan tokoh-tokoh lainnya yang selama ini gencar melakukan temu-langsung dengan masyarakat dan kalangan jurnalis.

[Hasil Jajak Pendapat ini hanya bisa dibaca di Harian Kompas dan bukan di web www.kompas.com, karena untuk mengakses Kompas epaper, harus membayar Rp 50 ribu per bulan atau Rp 500 ribu per tahun]

Dari nama yang muncul di pemberitaan media massa, ternyata nama mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Pak Jeka) dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto paling tinggi diapresiasi oleh responden. Sementara itu, separuh lebih responden (52,6 persen) menilai Pak Jeka layak dipilih sebagai presiden, sedangkan Prabowo disebut oleh 41,8 persen responden yang layak dipilih. Uniknya, responden juga menilai SMI layak menjadi presiden, meski angkanya masih sedikit di bawah Prabowo.

Nah, di sisi tingkat kesukaan, nama JK kembali mendapat apresiasi paling tinggi. Di bawah nama Pak Jeka, muncul nama SMI dan istri Pak Beye, Ani Yudhoyono sebagai tokoh yang disukai responden. Di konteks pengenalan pemberitaan, SMI tercatat sebagai yang pemberitaannya paling tinggi diikuti responden. Sri Mulyani diapresiasi 78,4 persen responden disusul Pak Jeka dan Ani Yudhoyono.

Menonjolnya nama-nama JK, Prabowo, Ani Yudhoyono dan SMI, boleh jadi tidak lepas dari berbagai kiprah di ruang publik yang gencar dilakukan. Selain keempat nama itu, ada sejumlah nama lain (ada 11 nama) yang muncul dalam pemberitaan media massa dan terekam popularitas dan preferensinya di jajak pendapat ini dengan raihan rata-rata 30 persen.

SMI selama ini sejak meninggalkan RI dan menetap di AS, belum melakukan komunikasi politik dengan masyarakat atau pendukungnya secara langsung. Komunikasi yang diterapkan SMI masih sebatas satu arah, khususnya ke media massa seperti Kompas.

Pencitraan SMI juga belum seheboh capres lainnya, yang kini mulai bergerilya memanfaatkan media massa atau momen-momen penting seperti di Bulan Ramadhan.

Bisa jadi, dengan metode komunikasi politik seperti ini, publik semakin ‘penasaran’ atas figur SMI. Semakin info terbaru SMI sulit didapatkan, publik secara perorangan atau berkelompok menempatkan ide dan gagasan SMI mampu memimpin Indonesia, pasca-Pak beye.

Semakin SMI disorot dan dikait0kaitkan dengan skandal Bank Century, justru makin banyak barisan pembela SMI, seperti di dunia social media. Analisis saya, SMI adalah figur yang sangat dinanti-nantikan oleh para pendukungnya, yang konon makin sibuk menjelang penutupan pendaftaran partai popilitik di Depkum HAM.

Menurut saya, menjelang Pemilu 2014 akan banyak ‘kejutan’ yang ditampilkan sejumlah tokoh. Sebaliknya, bos Metro TV Surya Paloh yang selama ini terkesan memaksakan pencitraan lewat media milikinya, belum melekat di hati responden. Nasib sama dialami Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono, yang keduanya gigih tampil di pentas ormas Nasdem.

Saya berasumsi, hingga kini tak ada sosok baru pemimpin yang cukup kuat di benak publik. Di tengah kekosongan sosok itu, rekam jejak ‘tokoh lama’ yang belum kadaluarsa, tampaknya masih lebih mempengaruhi pandangan publik merumuskan siapa bakal calon presiden yang disukai dan kemukinan dipilih tahun 2014.

Sayangnya, sebagian besar responden (70,5 persen) hasil survei ini, mengaku belum mengetahui siapa tokoh yang layak dipilih di pemilihan presiden (Pilpres) nanti. Hasil di atas adalah respon dari sepertiga jumlah responden dari total 828 responden yang tersebar di 12 kota besar Indonesia. Penelitian Litbang Kompas ini dilakukan via telepon, pada 10-12 Agustus 2011.

Dan terakhir, saya menulis hal ini bukan didasar oleh keikutsertaan saya dalam tim kampanye SMI yang sudah terbentuk. Sebagai pertimbangan, aktivitas politik saya saat ini, tak terkait dengan kampanye SMI. Tulisan ini juga bukan untuk mengecilkan capres lain yang ‘kurang’ diapresiasi oleh publik lewat jajak pendapat ini. SMI, bagi saya, merupakan ‘kuda hitam’ yang menarik dicermati saat ini. Apalagi, jika SMI tiba di Tanah Air nanti menyambut 2014.

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on : Kompasiana | Facebook | Twitter | Blog | Posterous | Company | Politics

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline