Lihat ke Halaman Asli

Ketika ‘Jualan’ Sampai ke Rusia (Bagian Pertama)

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_135125" align="aligncenter" width="640" caption="LANGKAH AWAL: Sesi foto bersama Kepala BKPM Gita Wirjawan (kiri) dan Dubes RI untuk Rusia Hamid Awaludin (kanan) dan perwakilan pengusaha Rusia Mikhail Kouritsyn (tengah). Foto: KBRI Moskow"][/caption] Saya berkesempatan menjadi peserta delegasi Indonesia, dalam kunjungan ke Moskow Rusia dan Shanghai China. Di tulisan awal ini, saya ingin berbagi laporan pandangan mata ke rekan-rekan Kompasianer, tentang antisiasme pengusaha Rusia menyambut kehadiran kami.

Kegiatan ini merupakan rangkaian acara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bertajuk Marketing Investment Indonesia 2011 dengan tema "Investment Opportunities and Regional Development in Indonesia: North Sulawesi, East Kalimantan, West Nusa Tenggara, and North Sumatera".

Tim delegasi Indonesia yang tampil mempresentasikan potensi daerahnya di Hotel Swissôtel Krasnye Holmy Moskow Rusia, adalah Gubernur Sulawesi Utara SH Sarundajang, Plt Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, Sekretaris Daerah Kalimantan Timur Irianto Lambire, dan Kepala BKPMD Nusa Tenggara Barat Lalu Bayu Windia.

Dihadiri puluhan pengusaha Rusia dari berbagai sektor bisnis, acara itu dibuka Dubes Indonesia untuk Federasi Rusia dan Belarus, Hamid Awaludin. Setelah presentasi itu, acara dilanjutkan dengan penjelasan mengenai kondisi terkini perekonomian dan penanaman modal di Indonesia dari Kepala BKPM Gita Wirjawan.

Hal yang menarik dalam diskusi ini yakni upaya meyakinkan pengusaha di Rusia tentang iklim investasi di Tanah Air. Harus diakui, iklim investasi menjadi faktor utama jaminan kehadiran investor asing. Selain iklim sosial-politik dalam negeri, persoalan birokrasi menjadi topik bahasan yang menarik, untuk menjawab isu miring di kalangan investor asing.

Media massa secara tidak langsung telah menjadi ujung tombak pintu investasi. Jika memberitakan hengkangnya perusahaan A di kota X di Indonesia karena kisruh atau rumitnya birokrasi, maka akan dianggap seluruh kota di Indonesia menutup pintu investasi. Padahal belum tentu demikian, apalagi karakteristik tiap daerah di Indonesia berbeda-beda.

Beruntung, Pak Gita Wirjawan mempu menjelaskan kondisi sebenarnya. Ia menegaskan, BKPM menjamin bahwa ijin investasi yang sebelumnya baru bisa didapat dalam waktu dua bulan, dengan adanya reformasi di institusinya bisa di dapat dalam waktu 2-3 hari. Malah, sebuah perusahan asal Singapura langsung mendapatkan ijin hanya dalam waktu 5 jam!

Saya mencatat secara detail penjelasan Pak Gita, bahwa BKPM berusaha keras untuk membuat nyaman para investor asing di Indonesia, termasuk masalah perijinan yang bisa segera didapat oleh para investor yang telah memenuhi seluruh persyaratan.

Menurut saya, investasi Rusia di Indonesia maupun nilai perdagangan kedua negara belum tergolong besar jika dibandingkan Jepang, AS dan China. Rusia enggan menanamkan investasi ke Indonesia karena minimnya informasi bagi pengusaha Rusia tentang peluang bisnis dan investasi di Indonesia.

Padahal, Rusia kini mulai serius melihat kawasan Asia, termasuk Indonesia sebagai tujuan investasi, setelah menggenjot investasi mereka di kawasan Eropa, Timur Tengah dan Amerika. Apalagi belakangan ini perekonomian Eropa dan Amerika menghadapi masalah dan terancam resesi.

Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia yang tahun 2010 sebesar 1.479 triliun dollar AS, tercatat sebagai kekuatan ekonomi nomor 11 dunia. Disamping itu, Rusia juga negara yang tergabung dalam kelompok negara BRIC bersama Brazil, India dan Cina yang  diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa tahun mendatang.

Dalam catatan BKPM, selama kurun waktu tahun 2000-2010, total nilai investasi dari Rusia di Indonesia hanya sebesar 0.56 juta dollar AS. Dan pada semester pertama tahun 2011, nilai investasi dari Rusia mengalami perbaikan walau masih relatif kecil yaitu sebesar 1.15 juta dollar AS.

Tampaknya, ini adalah langkah awal yang perlu di-follow up secara bersama. Kalangan pengusaha Rusia terlihat antusias menjajaki kemungkinan kerja sama bisnis dan investasi di sejumlah daerah di Indonesia. Sebelumnya, empat kepala daerah memaparkan secara detail proyek-proyek investasi dan bisnis dalam kesempatan one on one meeting.

Mikhail Kouritsyn, Executive Director Russia-Indonesia Business Council yang juga CEO Geo Spectrum Ltd, mengatakan, pertemuan harus sering dilakukan supaya terjadi saling pengertian agar ada informasi yang akurat mengenai kepentingan kedua pihak, pengusaha Rusia dan Indonesia.

”Ini baru langkah awal yang saya kira sangat bagus. Kita harus membuka saluran komunikasi dan sering bertemu, tukar pendapat,” kata Mikhail Kouritsyn. Menurut rencana, sejumlah pengusaha akan ke Indonesia pada bulan depan.

Saya beranggapan, posisi Indonesia dalam perekonomian global saat ini yang semakin membaik, serta rencana-rencana pengembangan ekonomi Indonesia menuju negara dengan perekonomian terbesar ke-8 pada tahun 2045. Mungkinkah itu? Saya cuma bisa berharap dan berusaha.

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on : Kompasiana | Facebook | Twitter | Blog | Posterous | Company | Politics

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline