Lihat ke Halaman Asli

Sumpah Pemuda untuk Seluruh Suku Bangsa

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkas:Kongrespemuda2.jpg

[caption id="" align="aligncenter" width="678" caption="Foto bersejarah pada Kongres Pemuda Indonesia, 28 Oktober 1928. (Foto: wikipedia)"][/caption]

Hari ini Sumpah Pemuda kembali diikrarkan. Seremoni ini mengingatkan kita untuk tetap mempertahakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ikrar ‘Sumpah Pemuda’ yang dikumandangkan pada 28 Oktober 1928, merupakan sebuah rumusan yang diambil bukan berdasarkan pemungutan suara terbanyak atau voting. Ikrar ini diambil berdasarkan musyawarah mufakat, yang dilakukan lewat bicara dari hati-ke hati. Tanpa pemaksaan kehendak dan ancaman atau teror.

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali pertemuan.

Bertempat di Gedung Oost-Java Bioscoop,para anak muda ini membahas masalah pendidikan di sekolah dan di rumah. Mereka sepakat, setiap anak juga harus dididik secara demokratis.

Di tempat berbeda di waktu yang bersamaan, mereka juga membahas pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia Raya” karya WR Supratman, kemudian disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

Bagi saya, tidak ada mayoritas minoritas menjelang ikrar Sumpah Pemuda. Pun tak ada pemungutan suara terbanyak. Tampak beda dengan kondisi saat ini, yang lebih mengedepankan perang urat syaraf demi mempertahankan pendapat masing-masing.

Sudah saatnya kita bisa saling menerima dan mengerti dengan segala perbedaan pemuda dalam satu wadah bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu, namanya Indonesia! Mari sadarkan pemuda-pemudi di Aceh, Banten dan Jawa Barat, untuk bisa menerima agama lain di daerah mereka. Demikian juga di Sulawesi Utara, Papua, Papua Barat dan Maluku, jangan hanya memikirkan kemerdekaan untuk berpisah dari Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ingat, kita sdh bersumpah! Mari lakukan sumpah tersebut.

Salam Kompasiana!

Jackson Kumaat on : Kompasiana | Facebook | Twitter | Blog | Posterous | Company | Politics




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline