Lihat ke Halaman Asli

Ketika Orang Kristen Menghadiri Buka Puasa (Bagian 2)

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="604" caption="Melepas tawa dalam acara 'Silatuhrahmi dan Buka Puasa' bersama warga Kelurahan Komo Luar Kecamatan Wenang Manado pada Rabu, 24 Agustus 2011"][/caption]

Di bulan Ramadan kali ini, saya selalu menyempatkan diri berkunjung ke rumah keluarga saya yang Muslim. Kesempatan untuk menghadiri acara buka puasa bersama keluarga, tentunya menjadi momen penting dalam menjalin persaudaraan dan kekerabatan.

Di tulisan saya sebelumnya, saya menceritakan acara buka puasa bersama sahabat saya, Pak Helmy Bachdar. Dalam kesempatan tersebut, saya kebetulan menjalankan puasa sesuai dengan keyakinan saya. Bagi saya, inti dari acara ‘Buka Puasa Bersama’ adalah untuk meningkatkan hubungan silaturahmi antar umat. Meskipun saya beragama Kristen, namun saya percaya Islam adalah agama rahmatan lil alamin.

Kali ini, tepatnya Rabu sore tanggal 24 Agustus 2011, saya kembali menghadiri undangan acara buka puasa bersama. Teman-teman saya yang selama ini menjalin kerja sama dengan saya di kawasan kelurahan Komo Luar kota Manado, menggelar acara buka puasa bersama.

Ada hal menarik ketika tiba waktunya berbuka. Seorang anak muda tampak antusias menyantap menu yang dihidangkan. Sore itu menu utama adalah nasi kuning khas Manado. Bagi sebagian warga di Manado, nasi kuning terbaik ada dijual di kawasan Komo Luar. Selain rasanya yang maknyos, harganya pun relative murah yakni berkisar Rp 5 hingga 7 ribu.

Akibat terlalu banyak menyantap nasi kuning, anak muda tersebut tersedak. Mungkin sudah tiga porsi yang dihabiskan. Suara tersedaknya yang lucu, membuat sebagian orang tamu menahan tawa. Akhirnya, saya tertawa lepas sambil melontarkan guyonan.

”Yang paling banyak makan nasi kuning, harus mencuci piring ya” Kami pun langsung tertawa bersama.

Kami pun terlibat diskusi ringan. Kami sepakat, bahwa nilai dari puasa adalah mengasah kepekaan sosial terhadap orang yang tidak mampu. Sehingga dengan menjalankan ibadah puasa tersebut diharapkan dapat merasakan kekurangan yang dirasakan oleh orang miskin. Puasa juga mengajarkan nilai kemanusiaan. Jadi, ketika berbuka puasa, hendaknya tidak melakukan aksi balas dendam setelah seharia berpuasa. Selain tak bagus untuk kesehatan, menyantap hidangan yang melebihi porsi normal dalam waktu singkat, akan mengurangi makna berpuasa.

Salam Kompasiana!

[caption id="" align="aligncenter" width="482" caption="Salah satu kegiatan saya dalam acara Lomba Balap Burung Dara di Kelurahan Komo Luar Manado (8 Juli 2010)"][/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Bersama ulama setempat, memresmikan Pos Pemantau Banjir di Komo Luar Manado, beberapa waktu lalu."][/caption]

Jackson Kumaat on : Kompasiana | Facebook | Twitter | Blog | Posterous | Company | Politics




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline