[caption id="" align="alignleft" width="620" caption="Raja Abdullah dari Arab Saudi, Menlu AS Hillary Clinton dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Foto:AP"][/caption]
SEBUAH berita yang dilansir wikileaks, kembali menuai kontroversi. Kali ini sebuah dokumen rahasia tentang permintaan Raja Abdullah dari Arab Saudi, agar Amerika Serikat menyerang dan menghancurkan fasilitas nuklir Iran.
Tapi, benarkah berita itu?
Entahlah. Terlepas dari benar-tidaknya sumber berita, yang jelas info ini menarik untuk dicermati. Media wikileaks memang dikenal bikin sensasi. Beberapa waktu lalu, pengelola situs WikiLeaks, Julian Assange mengeluhkan serangan cyber. Bisa jadi ada pihak tertentu yang gusar ketika dokumen diplomatik rahasia AS, dimuat di media internet.
Malah, pejabat AS pernah mengirim surat ke WikiLeaks, yang isinya mengingatkan agar tidak menyiarkan dokumen rahasia negara, karena akan berisiko luar biasa. Surat dari Harold Hongju Koh, pengacara top Kementerian Luar Negeri AS, itu menyatakan, publikasi dokumen rahasia itu akan mengancam operasi kontra terorisme dan membahayakan hubungan AS dengan para sekutunya.
WikiLeaks juga pernah mengungkap fakta yang menyedihkan dari Perang Irak. Warga sipil menjadi obyek pembunuhan, penyiksaan, dan bentuk kekerasan lain oleh aparat keamanan.
Media sekaliber Al Jazeera mencatat, lebih dari 300 warga sipil terluka terkena pantulan (ricochet) peluru tembakan peringatan dari pasukan penjaga pos pemeriksaan. Saya masih ingat, Al Jazeera pernah mengutip beberapa sumber data dari WikiLeaks untuk informasi ke publik.
Jika info itu tidak benar, lantas kenapa Militer Amerika Serikat membantah pernah membuat laporan, yang mengurangi jumlah korban tewas warga sipil dalam di perang Irak? Ribuan pejabat telah dimutasi dari Kementerian Dalam Negeri Irak, setelah kejadian bocornya dokumen ini. Dari sinilah kecurigaan saya muncul.
Selama ini, memang sebagian besar media hanya menyajikan sebagian kecil informasi ke publik. Karena alasan kerterbatasan ruang media dan sumber yang akurat, info kesewenangan penguasa seringkali terabaikan. Patut disayangkan, jika teknik pencitraan akhirnya ambruk, karena ada dukumen-dokumen rahasia yang selama ini disembunyikan.
Kini kembali ke salah satu dokumen resmi yang dibocorkan Wikileaks yakni permintaan Raja Abdullah dari Arab Saudi kepada Amerika Serikat agar menyerang dan menghancurkan fasilitas nuklir Iran. Saya sepakat, bahwa dokumen-dokumen itu ingin menunjukkan, AS memata-matai sekutu-sekutunya dan PBB, menutup mata terhadap korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Dokumen tentang permintaan Saudi dan berbagai pesan penting lain dimuat oleh lima surat kabar, di antaranya oleh The New York Times di AS dan The Guardian di Inggris. Wartawan bidang Timur Tengah BBC Jeremy Bowen mengatakan kecurigaan Saudi, Yordania, dan beberapa negara lain di Timur Tengah tentang program nuklir Iran telah lama diketahui. Yang mengejutkan adalah, permintaan beberapa negara agar AS mengambil tindakan militer terhadap Iran.
Semoga pers di Tanah Air juga memiliki keberanian seperti Wikileaks, untuk mengungkap dokumen-dokumen sejarah, yang selama ini sengaja ditutup-tutupi oleh penguasa. Dokumen tersebut tentunya sangat penting untuk mengungkap kebenaran dan pelurusan fakta sejarah.
Salam Kompasiana !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H