Lihat ke Halaman Asli

Kuda, Nasibmu Kini

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KUDA adalah salah satu alat transportasi yang digunakan manusia sejak lama. Entah kapan mulai digunakan, yang jelas peran kuda sangat menentukan di saat masa peperangan. Kuda menjadi sahabat dan mengabdi pada manusia, meski pada akhirnya mati sia-sia bersama sang joki.

Untuk mengabadikan sejarah, kerajaan Romawi membangun patung kuda sebagai simbol kejayaan pasukan praetorian merebut daerah koloni. Kuda pun tampil gagah perkasa di saat perang, tapi bisa juga tampil anggun dengan kereta penumpang.

Lantas, kemana kuda-kuda itu saat ini?

Kini, zaman telah berubah mengikuti perkembangan teknologi. Alat dan sarana transportasi publik sudah menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Kuda dan kereta penumpangnya yang dulu digunakan sebagai alat transportasi antar daerah, sudah terganti dengan sepeda motor, mobil dan kereta api. Bahkan, perjalanan yang ditempuh berhari-hari dengan kuda, kini bisa ditempuh dengan hitungan jam dengan menggunakan pesawat.

Bisa jadi, komunitas mereka semakin sedikit. Akibat pertambahan jumlah penduduk dan perambahan hutan, populasi kuda liar di bumi ini makin berkurang.

Ternyata, masih ada kelompok masyarakat yang berusaha mempertahankan keberadaan kuda. Selain sebagai alat olah raga pacuan kuda, sejumlah orang kaya juga memelihara kuda demi gengsi atau hobi. Secara nilai ekonomis, kuda memang harganya mahal jika dibandingkan mobil yang kini memiliki pendingin AC dan suara musik tape. Ongkos perawatan kuda juga lumayan mahal jika dibandingkan service sepeda motor.

Di kampung halaman saya di Sulawesi Utara, sebagian warga masih menggunakan bendi atau andong sebagai sarana transportasi. Biasanya, warga menggunakan bendi untuk keperluan rumah tangga, seperti ke pasar tradisional atau mengunjungi sanak famili.

Walaupun jumlah kendaraan bermotor semakin bertambah, namun keberadaan bendi, tetap eksis. Di Manado misalnya, banyak bendi beroperasi di Pasar Bersehati Calaca dan Pasar Pinasungkulan Karombasan. Masyarakat masih membutuhkan angkutan bendi terutama untuk tujuan yang tidak dilewati angkutan kota.

Keberadaan bendi pernah dikeluhkan sejumlah pengguna jalan lantaran dianggap penyebab kemacetan lalu lintas. Tapi nyatanya, penyebab kemacetan adalah bertambah banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan kurang disiplinnya pengendara.

Bagi saya, yang terpenting adalah kebijakan pemerintah yang berpihak pada sistem transportasi publik. Meski hal itu bisa berakibat pada pengurangan fungsi kuda dalam sistem transportasi, tapi tentu kita berharap, kuda masih bisa menjadi andalan negeri ini di bidang olah raga.

Salam Kompasiana !




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline